REPUBLIKA.CO.ID, Seorang pria telah membunuh setidaknya 12 siswa dan mengakibatkan 11 lainnya luka-luka dalam serangan senjata di sekolah Rio De Janeiro, Brazil. Polisi setempat telah mengidentifikasi sang pelaku bernama Wellington Menezes de Oliveira. Pria 24 tahun tersebut merupakan mantan murid di sekolah Tasso da Silveira utama.
Pihak penyidik mengatakan sang pelaku memasuki ruang kelas dan memuntahkan tembakan sebanyak dua kali dan kembali memuntahkan peluru usai mendengar bell sekolah berbunyi. De Oliveira tertembak kakinya oleh petugas sebelum membunuh dirinya sendiri.
Polisi setempat mengkonfirmasikan beberapa siswa mengalami luka yang cukup berat dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Albert Schweitzer. Salah satu korban luka-luka terkena tembakan di bagian dana dan kepalanya.
Komandan polisi lokal Djalma Beltrame mengatakan kepada Globo TV, de Oliveira meninggalkan surat di lokasi penembakan yang mengindikasikan bahwa ia akan bunuh diri. Tetapi ia mengatakan surat tersebut tidak memberikan motivasi yang jelas terkait pembunuhan terhadap 12 pelajar, dan merupakan yang pertama di Brazil itu.
"Itu merupakan tindakan yang direncakanan," ujar Beltrame. "Ia jelas orang yang berhalusinasi," tambahnya lagi. Ia menambahkan penyerangan dapat menjadi tambah buruk jika saja polisi patroli setempat tidak melewati sekolah tersebut saat penembakan terjadi.
"Jika polisi tidak datang dengan cepat maka tragedi tersebut akan menjadi tambah buruk, karena sang pelaku memiliki banyak amunisi dan sedang membawa dua senjata," bebernya.
Sebuah stasiun televisi setempat menyiarkan bahwa dua helikopter tengah mendarat di lapangan sepakbola dekat sekolah tersebut dan membawa beberapa korban ke rumah sakit. Para orang tua terlihat menangis dan berteriak di luar sekolah, mereka menunggu berita bahwa anak-anak mereka masih hidup dan aman.
Sekolah mengajarkan sekitar 300 anak usia 9-14 tahun. Dorival Porto Rafael, seorang kolektor sampah yang ada di sekolah saat kejadian mengatakan kepada Globo Online bahwa pria bersenjata itu memasuki ruang kelas dimana para siswa kedelapan sedang belajar bahasa Portugis.
"Dia datang dengan mengatakan ia akan membuat pidato ... dan tanpa mengatakan apa-apa mengambil pistol dari tasnya dan mulai menembak," kata Rafael. Dilma Rousseff Presiden Brasil, mengatakan dia "terkejut dan terganggu" atas serangan itu.
"Anak-anak yang tidak bersalah kehilangan nyawa mereka dan masa depan mereka," katanya. Menteri Pendidikan Fernando Haddad menggambarkan penembakan itu sebagai "tragedi belum pernah terjadi sebelumnya di Brazil."