Rabu 13 Apr 2011 12:40 WIB

Wow! Bumi Masih Miliki 1.300 Spesies Baru

Still Counting...
Foto: WWW.CONSERVATION.ORG
Still Counting...

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sekitar 1.300 spesies baru ditemukan dari seluruh dunia termasuk di Indonesia dalam 20 tahun studi lapangan Program Kaji Cepat (Rapid Assessment Program/RAP). Studi lapangan itu dilakukan oleh Conservation International (CI).

"Penemuan spesies baru ini terkompilasi dalam buku baru 'Still Counting...'. Studi selama 20 tahun telah berhasil mengidentifikasi seribuan spesies baru," kata Komunikasi CI Indonesia, Fachruddin Mangunjaya yang dihubungi dari Jakarta, Rabu (13/4).

Ia mengatakan, buku tersebut disunting oleh Leeanne Alonso, Direktur Program Kaji Cepat (RAP) CI yang bekerja sama dengan banyak ilmuwan terkemuka lainnya.

Sebagian isi buku berupa memoar, sebagian laporan historis, sebagian panduan metodologi. Buku "Still Counting..." atau Masih Menghitung ... merupakan upaya untuk mengenang kembali ekspedisi RAP ke beberapa daerah yang paling terpencil dan paling dikenal di dunia.

Buku tersebut menceritakan kembali tantangan fisik dan pribadi yang dialami oleh para ilmuwan. Didalamnya trdapat lebih dari 400 foto berwarna yang menakjubkan dari spesies langka dan menarik di seluruh dunia.

Buku memuat koleksi lebih dari 1.300 spesies baru yang belum pernah dilihat sebelumnya dan sepenuhnya baru bagi ilmu pengetahuan. Lebih dari 500 spesies secara resmi telah digambarkan oleh ahli taksonomi, tetapi lebih banyak lagi yang saat ini sedang diproses.

Spesies baru yang berhasil ditemukan di antaranya, Kadal buntut daun Setan atau dalam nama ilmiahnya phantasticus Uroplatus dari Madagaskar, ET salamander dengan nama ilmiah Bolitoglossa sp November dari Ekuador dan Smoky honeyeater bernama ilmiah Melipotes carolae berlokasi di Indonesia.

Studi RAP dilakukan karena melihat ada sekitar 1,9 juta spesies hewan telah didokumentasikan, tetapi diperkirakan bahwa sebanyak 10-30 spesies organisme tersebut belum dapat ditemukan dan dijelaskan secara ilmiah.

Banyak yang menghilang sebelum ilmuwan memiliki kesempatan untuk menemukan dan mempelajari spesies-spesies itu. Situasi itu ialah proses yang dikenal sebagai kepunahan tragis Centinelan.

Dengan melakukan survei RAP di tempat-tempat yang sedang dipertimbangkan untuk pengembangan industri, RAP mampu membuat data spesies yang lain bisa hidup dan menghilang tanpa pengetahuan siapa pun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement