Rabu 13 Apr 2011 19:05 WIB

Minoritas Muslim Rusia Siap Kirim Pasukan Bantu Qaddafi

Moammar Gaddafi
Foto: RUSIA BLOG
Moammar Gaddafi

REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW - Kelompok Muslim Rusia tengah menunggu respon dari pemimpin Muammar Qadafi terkait keikutsertaannya dengan militer Libya dalam menumpas pemberontak, ujar pemimpin komunitas Selasa (12/4) kemarin. Komunitas Muslim Rusia berasal dari Kaukasus Utara, orang-orang Sirkasia tersebar di seluruh dunia, dengan diaspora di Turki, Suriah dan Libya.

Mereka menawarkan diri untuk mengirimkan pejuang, yang dirilis pada pertemuan para pemimpin masyarakat Sirkasia pada awal April di Kaukasus Utara untuk membahas tanggapan mereka terhadap serangan udara NATO. "Kami ingin melunasi utang kami ke Libya untuk menerima negara Sirkasia yang melarikan diri selama Perang Rusia-Sirkasia," kata Aslan Beshto, yang menghadiri pertemuan proyek dan membantu membuat surat terbuka kepada Qadafi untuk menawarkan bantuan memerangi pemberontak.

Surat tersebut dipublikasikan di komunitas Sirkasia Natpress forum http://www.natpress.net/index.php?newsid=1298. Beshto mengatakan, pihaknya belum medapatkan jawaban dari Qadafi atas suratnya itu.

Mengomentari surat tersebut, lemabaga think tank berbasis di Washington, Jamestown, mencatat bahwa Rusia melarang warga negaranya untuk bertindak sebagai tentara bayaran di bawah Undang-Undang. "Saya pikir jika kita mendapat izin, akan ada persentase tertentu dari orang yang bersedia membantu," kata Beshto melalui telepon.

Ia juga menambahkan, bahwa dalam waktu dua sampai tiga jam proposal, sekitar 60 sampai 70 kredit menawarkan bantuan mereka. Pemimpin Sirkasia yang berkumpul di awal bulan ini di luar Nalchik, ibukota wilayah Kabardino-Balkaria, menanyakan kepada teman dan kerabat untuk mengukur sentimen dari rekan mereka yang dikirim ke Libya.

Sekitar tujuh juta warga Circassians tersebar di seluruh dunia, dan sekitar 700 ribu tetap berada di barat laut Kaukasus. Kelompok Sirkasia memiliki kerabat di Libya sekitar 30 ribu, dengan 20 ribu dan 10 ribu tinggal di kota-kota yang dikuasai pemberontak seperti Benghazi dan Misrata.

sumber : Reuters/kuwaittimes.net
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement