REPUBLIKA.CO.ID,BOAO, CINA--Presiden Rusia Dmitry Medvedev pada Jumat mengatakan masa depan negaranya terikat secara erat dengan Asia sehingga mendorong gagasan tentang pemerintahan dunia multi-kutub dengan didukung negara berkembang. Medevedev menyampaikan hal itu dalam forum tentang pemimpin masa lalu dan masa kini di selatan Cina.
Ia mengatakan Moskow tidak memiliki pilihan selain memperkuat dan mengembangkan hubungan dengan negara-negara di seluruh Asia, serta berperan aktif dalam pengelompokan negara dalam konteks regional. "Masa depan Rusia, modernisasi wilayah Siberia dan Timur Jauh tidak terpisah dari ikatan yang ada dengan wilayah Asia Pasifik," kata presiden Rusia itu kepada sejumlah utusan yang berkumpul di Boao, Pulau Hainan.
Forum tersebut dihadiri sejumlah pemimpin pemerintah, kelompok usaha dan akademisi dari seluruh wilayah Asia dan benua lainnya yang terlaksana setiap tahun sejak 2001. Mereka membahas sejumlah isu di wilayah dan seluruh dunia. Mereka mengikuti pertemuan BRICS, dimana Medvedev bertemu dan berbincang dengan para presiden dari Cina, Brasil, dan Afrika Selatan, Hu Jintao, Dilma Roussef dan Jacob Zuma, serta Perdana Menteri India, Manmohan Singh.
Para analis mengatakan pengelompokan negara-negara dengan kekuatan ekonomi yang baru muncul tersebut dalam BRICS merupakan sarana promosi guna mengimbangi kekuatan Barat dan meningkatkan pengaruh global dari negara berkembang. Medvedev mengatakan pertemuan yang digelar pada Kamis itu menegaskan kesimpulan bahwa para pesertanya menginginkan sebuah arsitektur dunia baru yang multi-kutub sehingga mencerminkan kebangkitan dinamis dari pusat-pusat pengaruh ekonomi dan politik dunia.
"Sangat jelas bagi kami bahwa sebuah pembangunan sosial dan ekonomi yang mantap dari negara-negara Asia Pasifik mustahil dilakukan tanpa menciptakan sebuah arsitektur keamanan dan kerja sama yang terbuka, transparan, serta seimbang," katanya. Sebuah arsitektur keamanan yang seimbang adalah bahasa diplomatis Kremlin untuk sebuah dunia yang bebas dari hegemoni Amerika Serikat, menurut para analis.
Rusia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kedekatannya dengan China sebagai upaya untuk membuka sebuah pasar energi baru di Asia. Kunjungan Medvedev ke Cina tersebut merupakan yang ketiga sejak menjadi presiden pada 2008.
Presiden itu menegaskan Rusia dan Cina telah menempatkan inisiatif bersama guna memperkuat kerja sama dan keamanan di Asia ketika ia bertemu Hu untuk sejumlah pembicaraan di Beijing pada September lalu. Ia mengatakan prinsip "keamanan yang seimbang dan tak terpisahkan" akan menjadi gagasan persatuan yang serius bagi wilayah Asia Pasifik.