REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Tiga orang tewas pada Sabtu dalam serangan udara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang menghantam lapangan parkir di dekat kompleks pemimpin Libya Muammar Gaddafi, Bab al-Aziziyah, di Tripoli tengah, kata juru bicara pemerintah.
Mussa Ibrahim mengatakan kepada para wartawan, serangan itu tampaknya menjadi serangan ledakan "yang sangat kuat" yang melanda kota itu pada dini hari Sabtu.
Koresponden Reuters di Tripoli tidak mendengar suara ledakan keras, tetapi jet-jet terbang di atas kota itu, membuat jendela-jendela berderak-derak.
Menurut laporan-laporan dari Tripoli sebelumnya, sejumlah warga sipil tewas dalam serangan udara NATO, Kamis, di kota Gharyan, 90 kilometer sebelah baratdaya Tripoli, kata kantor berita Libya, Jana. "Gharyan menjadi sasaran pemboman pasukan penyerang Salib kolonial, Kamis," kata Jana, yang mengutip satu sumber militer. "Sejumlah warga sipil tewas dan beberapa lain cidera."
Serangan udara itu menghancurkan rumah-rumah warga sipil dan membuat takut wanita serta anak-anak, kata Jana tanpa menyebutkan jumlah korban. Tidak ada konfirmasi independen mengenai laporan kantor berita itu.
Pada Rabu, Jana mengatakan, tujuh warga sipil tewas dan 18 cedera akibat serangan udara NATO di sekitar Khallat al-Farjan, daerah pinggiran baratdaya Tripoli, ibu kota Libya.
Namun, NATO mengatakan, tidak ada indikasi serangan pasukan itu menewaskan warga sipil di dekat Tripoli pada Rabu. "Serangan udara NATO dilakukan di sekitar Khallat al-Farjan. Sasarannya adalah bunker komando dan kendali di dalam kompleks militer," kata seorang pejabat NATO yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada AFP.
Libya kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret. Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Muammar Qaddafi, yang membuat marah Barat.
Selama beberapa waktu hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Gaddafi, setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, kini pasukan Qaddafi dikabarkan telah berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.
Ratusan orang tewas dalam penumpasan secara brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu.
Qaddafi, 68 tahun, adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Ia bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak.