REPUBLIKA.CO.ID, KANDAHAR - Meski sudah bertahun-tahun bercokol di Afghanistan, Amerika Serikat dan Sekutu tak bisa sepenuhnya menumpas Taliban. Mengapa?
Menurut dokumen AS yang bocor, kebijakan AS menawarkan hadiah 5.000 dolar AS bagi siapa saja yang bisa menyerahkan anggota Taliban atau anggota Al Qaeda justru menjadi bumerang. Puluhan pria dan remaja laki-laki diculik dan dijual oleh pasukan Afghanistan dengan hanya melabel mereka sebagai Taliban. Sementara, anggota Taliban yang asli jusrtu masih berkeliaran sampai saat ini.
Juma Khan, seorang pria Afghan yang kini mendekam di Guantanamo mengaku banyak tahanan yang bernasib sama dengannya. Mereka tak tahu apa-apa tiba-tiba dibawa seorang pria dan diancam untuk mengaku dirinya adalah Taliban. Sang pria beroleh uang, dia mendekam di penjara.
Dokumen juga menunjukkan bagaimana pasukan Aliansi Utara menangkap warga sipil dan menuntut uang tebusan sebanyak 10.000 dolar AS untuk pembebasan mereka. Mereka yang tidak bisa membayar diserahkan ke AS dengan imbalan uang tunai.
Bocoran dokumen Amerika Serikat yang diunggah Wikileaks itu juga menyebut kecerobohan yang terjadi di tahanan terorisme Guantanamo. Mereka menyebut, banyak tahanan yang tak tahu menahu "dicomot kemudian diangkut" ke Guantanamo.
Situs Telegraph menyebut, seorang buruh tani buta huruf dan pengumpul kayu yang bahkan tidak tahu usianya sendiri berada di antara 150 orang yang tidak bersalah di penjara di Guantanamo Bay, dokumen rahasia mengungkapkan.
Mohammed Nasim, ayah tiga anak, ditangkap karena namanya terdengar sama dengan aktivis Taliban yang kerap siaran di radio memberikan informasi tentang pergerakan pasukan AS. Nasim dikirim ke Guantanamo bersama dengan puluhan petani yang tidak bersalah lainnya, penjual karpet, koki, dan sopir taksi. Ia ditangkap tak lama setelah Amerika Serikat dan Aliansi Utara menyapu pasukan Afghanistan setelah jatuhnya Taliban pada tahun 2001. Yang lainnya dijual kepada Amerika oleh panglima perang oportunistik dengan imbalan ribuan dolar.
Wikileaks, seperti dikutip Telegraph menyebut Nasim sedang melakukan perjalanan ke desa saudaranya untuk merayakan hari libur Idul Fitri ketika ia ditangkap. "Pasukan AS menanyakan ke desa mana mereka akan menuju. Ketika menyebutkan nama desa tujuan mereka, keduanya ditangkap," tulis laporan itu.
Selama di tahanan, ia dipanggil Mullah Nasim, walau belakangan mereka tahu, Nasim bukanlah orang yang dimaksud. Namun, Nasim, yang berusia sekitar 60 tahun ketika ia ditangkap, namun ia tetap dikirim ke Guantanamo.
Kini, Nasim termasuk dalam 201 tahanan yang dibebaskan setelah review pada tahun 2004, yang berarti bahwa kisah-kisah mereka belum pernah didengar.
Selain mereka, ada sekitar 20 anak-anak yang juga ditahan di kamp dengan alasan sama. Bbeberapa di antaranya telah mengalami cobaan yang mengerikan di tangan komandan Taliban sebelum ditangkap oleh pasukan AS.