REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO--Pemerintah Mesir terpaksa menghentikan pasokan gasnya ke Israel dan Yordania lantaran terjadi aksi sabotase terhadap ruang kendali jalur pipa gas tersebut.
''Pelaku yang belum diketahui identitasnya telah melakukan serangan. Suplai ke Israel dan Yordania, juga pasar lokal juga terhenti '' kata Hamdi Abdel Aziz.
Menurut Bloomberg, aksi peledakan itu terjadi pukul 3 waktu setempat oleh sejumlah pria bertopeng dan bersenjata di sebuah fasilitas pengiriman gas di luar wilayah El-Arish, ibu kota propinsi Sinai Utara yang hanya berjarak 50 kilometer dari Israel. Petugas pemadam kebakaran masih berupaya mengendalikan amukan api akibat ledakan tersebut.
Namun, menurut seorang petugas keamanan, enam orang bertopeng datang ke terminal pengendali gas dengan menumpang dua kendaraan bak terbuka sambil membawa senjata. Mereka sempat memperdaya petugas yang berjaga di ruang kendali sebelum memerintahkan mereka untuk pergi. Merekapun dengan leluasan menjalankan aksinya melakukan peledakan.
Perusahaan Ampal-American Israel Corp, yang mengipor gas dari Mesir tersebut mengakui pasokan ke Israel terhenti. ''Kami masih memeriksa dampak kerusakan yang ditimbulkan serta mencari siapa pelaku ledakan tersebut,'' kata Abdel Aziz, pejabat kementerian perminyakan Mesir.
Aksi peledakan itu adalah yang kedua dalam tiga bulan terakhir terhadap jalur pipa gas yang menuju ke Israel. Sebelumnya sejumlah pria bersenjata melakukan serangan ditengah maraknya aksi unjuk rasa yang melengserkan Presiden Mesir, Hosni Mubarak.
Sebelumnya aparat penegak hukum Mesir telah menahan mantan menteri perminyakan Mesir, Sameh Fahmy dan lima mantan pejabat lainnya terkait penjualan gas ke Israel. Transaksi bisnis yang dilakukan semasa pemerintahan Mubarak itu, mendapat kritik pedas dari kelompok oposisi persaudaraan muslim karena harga gas yang dijual ke israel dibawah harga pasaran. Mesir terikat kontrak pengiriman gas dengan Israel sejak 2008 dan berlaku selama 20 tahun.
Namun, tampaknya hal itu tidak terlalu membuat Israel menjadi gusar. Mantan kepala dinas intelijen Mossad, Danny Yatom menyebutkan Israel kini memfokuskan diri untuk mengembangkan cadangan gas lepas pantainya. ''Ini bagian dari masalah masa lalu dan kami harus mencari alternatifnya,'' kata Yatom seperti dikutip BBC.
Israel sendiri sebenarnya memiliki ladang gas sendiri yang akan mulai berproduksi tahun 2013 mendatang. Untuk sementara Israel dapat mengandalkan batu bara, diesel atau gas alam sebagai bahan bakar alternatif.
Menteri infrastruktur israel, Uzi Landau menyatakan negaranya telah mengizinkan pihak Mesir untuk mengirimkan pasukan ke Sinai untuk melindungi jalur pipa gas sesuai kesepakatan perdamaian yang dicapai 1979 silam. ''Menjaga kesepakatan kontrak gas menjadi hal yang penting dalam kesepakatan kedua negara,'' katanya.
Menurut Departemen Energi AS, Mesir selama ini memiliki cadangan gas alam sebesar 77 trilium kubik feet atau 2,18 triliun kubik meter. Jumlah itu telah menjadi Mesir sebagai produsen utama gas di wilayah mediterania. Mesir juga telah mengekspor 650 miliar kubik feet gas sepanjang 2009 lalu dan 30 persen diantaranya melalui El Arish-Ashkelon menuju Israel atau disalurkan melalui Yordania, Suriah dan Lebanon.
Yordania sendiri selama ini menggantungkan 80 persen pasokan gasnya dari Mesir untuk membangkitkan listrik. Sedangkan Israel kebutuhannya akan gas Mesir mencapai 40 persen. Kondisi tersebut telah memaksa pemerintah Yordania untuk beralih ke bahan bakar diesel yang harganya jauh lebih mahal.