REPUBLIKA.CO.ID, WAHINGTON - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mendesak raja Bahrain menghormati 'hak-hak universal rakyat,' dua hari setelah negara Teluk itu menghukum mati sejumlah pemrotes. Para pejabat AS mengecam Bahrain atas penyidangan cepat di mana para pemerotes prodemokrasi dari kelompok Syiah dihukum mati dan tiga lainnya dipenjara seumur hidup karena membunuh polisi.
Dalam percakapan telepon dengan Raja Hamad, kemudian Obama mengatakan AS "yakin bahwa stabilitas Bahrain tergantung penghormatan bagi hak universal rakyat Bahrain, dan proses bagi reformasi yang bermakna sesuai dengan aspriasi-aspirasi semua warga Bahrain," kata Gedung Putih dalam satu pernyataan.
Bahrain, pangkalan Armada Kelima AS yang bertanggung jawab bagi pasukan Angkatan Laut AS di kawasan itu, dilanda protes-protes mulai pertengahan Februari sampai pertengahan Maret di tengah-tengah pemberontakan yang meluas di seluruh dunia Arab.
Pengadilan militer Bahrain, Kamis menjatuhkan hukuman mati terhadap empat pemrotes dan tiga orang hukuman penjara seumur hidup karena membunuh dua polisi dalam satu tindakan keras terhadap para pengunjuk rasa.
Pihak berwenang Bahrain mendapat kecaman keras dari organisasi-organisasi hak asasi manusia internasional atas tindak keras terhadap para pemrotes dari penduduk mayoritas Syiah di kerajaan yang dikuasai satu dinasti Sunni.