Senin 02 May 2011 13:12 WIB

Serangan Koalisi Bunuh Anak & Cucu Qaddafi, Peran NATO Kian Dipertanyakan

Sisa longsongan rudal dari serangan udara NATO yang menghancurkan bangunan hunian Qaddafi
Foto: AP
Sisa longsongan rudal dari serangan udara NATO yang menghancurkan bangunan hunian Qaddafi

NATO kini menghadapi pertanyaan mendesak atas legalitas serangan udara terhadap tempat tinggal keluarga Qaddafi pada akhir pekan lalu. Serangan tersebut, menurut pemerintah Libya, telah membunuh anak kedua, Saif al Arab, 29 tahun dan tiga cucunya yang masih berusia 12 tahun. Nama ketiga cucu Qaddafi tidak disebut dalam pernyataan mereka.

Juru bicara pemerintah Libya, Moussa Ibrahim, mengatakan Moammar Qaddafi dan istrinya, Safiya, berada dalam bangunan itu ketika serangan terjadi. Namun mereka bisa lolos dari insiden. Ia berkata serangan itu sangat jelas: bertujuan membunuh pemimpin Libya.

Usai insiden itu NATO merespon cepat. Letnan Jendral Charles Bouchard, dari Kanada yang mengepalai operasi NATO di Libya berkata, "Kita tidak menarget individu," Namun pemimpin Inggris, Prancis dan Inggris, telah mengatakan Qaddafi harus pergi.

Perdana Menteri Inggris, David Cameron, kepada BBC mengatakan resolusi PBB mengizinkan serangan terhadap lokasi pusat 'komando dan kontrol' rezim karena tujuan mereka mencegah korban rakyat sipil dengan langsung menyasar 'mesin perang' Qaddafi.

Tapi kematian tiga cucu Qaddafi, dan dikonfirmasi oleh pemmerintah, bisa jadi akan menguatkan keraguan anggota aliansi yang tidak nyaman dengan pengeboman NATO selama enam pekan terus menerus. Aliansi juga memicu kritik dari negara-negara seperti Rusia, Brasil dan Cina yang menuntut NATO dicabut dari aliansi karena berlebihan menafsirkan mandat Dewan Keamanan PBB.

Dalam pernyataan yang lebih keras dari sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia, Ahad (1/5), Menuduh NATO "telah menggunakan kekuatan tidak proposional," serta meragukan pernyataan NATO yang tidak menarget anggota keluarga Qaddafi. Menteri juga mendesak 'gencatan senjata segera dan membiarkan Libya melakukan penyelesaian politik tanpa prasyarat."

Presiden Venezuela, Hugo Chávez, di Caracas tak kalah keras mengecam serangan tersebut. "Tidak ada keragun lagi perintah diberikan untuk membunuh Qaddafi. Tidak peduli siapa yang tewas, ini adalah pembunuhan." ujarnya.

Serangan, menurut penuturan sumber diplomatik Inggris yang tak ingin disebut namanya, dilakukan oleh pilot tempur Denmar, kemungkinan dari pesawat pengebom F16. Serangan itu merobek kediaman Qaddafi sekitar Sabtu pukul 8 malam. Itu adalah kali kedua dalam beberapa hari terakhir, serangan udara dilakukan di dekat hunian pemimpin Libya dan Ibrahim mengindikasikan bahwa seseorang di lingkaran dalam pemimpin telah membocorkan ke pihak intelijen mengenai keberadaan Qaddafi.

Sementara di Washington, mantan penasihat keamanan nasional era George W Bush, Stephen Hadley, mengingatkan pembunuhan Qaddafi dengan pesawat NATO hanya memperburuk situasi dan tidak produktif. "Narasi yang diinginkan dari situasi ini adalah rakyat Libya yang menggulingkan diktator, bukan kita yang masuk untuk menyingirkan pemimpin lalim itu," ujarnya kepada CNN. "Yang kita inginkan adalah meninggalkan dia atau membiarkan ia mati di tangan rakyat Libya, bukan di tangan Amerika."

Serangan pada Sabtu itu menghancurkan sebagian besar dari tempat keluarga Qaddafi yang menempati seluruh blok di lingkungan hunian Garghour, Tripoli, menjadi reruntuhan.

Pejabat mengatakan serangan telah membunuh Seif Al Arab Qaddafi, 29 tahun yang sebelumnya selamat dalam serangan AS pada 1986 silam di komplek hunian ayahnya saat itu, Bab al Aziziya. Serangan pada 1986 itu telah menewaskan putri angkat Qadaffi. Amerika Serikat saat itu menyalahkan Libya bahwa kematian akibat ledakan dalam sebuah diskotik.

Tersembunyi dari pandangan orang luar, dibalik pepohonan dan tembok anti bom, kompleks hunian yang hancur itu terdiri dari tiga bangunan satu lantai dengan satu halaman rumput luas ditumbuhi bunga gernaium. Ada bangunan kayu di halaman beserta ayunan dan permainan sepak bola meja. Seekor rusa mati dan bak mandi koyak tergeletak di rumput yang tertutup puing.

Sebuah jam di dapur, terlepas dari dinding, menunjukkan jarum jam berhenti pada 8.08 dan 45 detik, waktu ledakan terjadi. Panci masak berisi makanan, termasuk paprika hijau, mie dan semur masih berada di atas kompor, ditutup oleh lembar aluminium. Debu abu-abu tebal menutupi tumpukan bawang dan lemon di meja dapur.

Di salah satu ruang keluarga, setumpuk kepingan disk video game, termasuk FIFA 10, berserakan di sofa. Dalam ruang yang terlihat seperti kamar tidur anak terlihat buah apel yang baru setengah dimakan dan satu gelas berisi selai coklat Nutella di meja.

Hanya longsongan peluru roket terbakar yang tersisa dalam puing. Bangunan tersebut, menurut Moussa Ibrahim, telah dijarah, dirusak dan hancur sepenuhnya.

Beberapa slogan pro-Qaddafi diteriakan. Para duta besar asing, banyak dari Afrika, diajak berkeliling oleh Moussa. Kepada mereka, Moussa mengatakan Afrika harus selalu bersatu menentang upaya campur tangan asing.

sumber : AP/ Guardian
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement