Jumat 06 May 2011 06:20 WIB

Giliran Spanyol Bantah Akui Dewan Pemberontak Libya

REPUBLIKA.CO.ID,MADRID--Spanyol hari Kamis membantah klaim pemberontak Libya bahwa mereka telah mengakui Dewan Transisi Nasional (NTC). "Tidak ada perubahan dalam sikap (kami)," kata seorang juru bicara kementerian luar negeri.

"NTC dianggap sebagai mitra bicara yang sah. Pengiriman duta khusus dari pemerintah (Spanyol) ke Benghazi dilakukan untuk menjaga dan memperkuat dialog dengan NTC namun tidak berarti pengesahan NTC," kata juru bicara Spanyol itu. "Kami tetap menempatkan duta besar di Tripoli," tambahnya.

Pemberontak Libya sebelumnya mengatakan di Benghazi bahwa Kanada, Denmark dan Spanyol serta Belanda menjadi negara-negara terakhir yang mengakui dewan tersebut, yang dibentuk oleh penentang rejim Moamer Kadhafi. Belanda dan Denmark juga telah membantah mengakui dewan tersebut, namun tidak ada reaksi segera dari Ottawa.

Prancis, Italia, Qatar dan Gambia sudah mengakui NTC yang bermarkas di Benghazi sebagai perwakilan sah rakyat Libya. Pemberontakan rakyat di Libya yang meletus pertengahan Februari telah membelah negara itu antara wilayah barat yang dikendalikan Kadhafi dan wilayah timur yang dikuasai pemberontak.

Spanyol memutuskan bulan lalu untuk mengirim wakil ke Benghazi untuk "memperkuat dialog" dengan NTC. Jose Riera, duta besar Spanyol untuk misi khusus permasalahan kawasan Laut Tengah, tiba di markas pemberontak Libya itu pada Rabu.

Spanyol berkomitmen mengirim empat pesawat tempur F-18 dan sebuah pesawat pengisi ulang bahan bakar untuk membantu menegakkan zona larangan terbang di Libya. Spanyol juga menempatkan sebuah frigat F-100, sebuah kapal selam S-74 dan sebuah pesawat pengintai maritim CN-235 untuk membantu menegakkan embargo senjata terhadap Libya.

Libya kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret. Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Moamer Qaddafi, yang membuat marah Barat.

Selama beberapa waktu hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Kadhafi setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, kini pasukan Kadhafi dikabarkan telah berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.

Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu. Qaddafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Qaddafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak. Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.

sumber : antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement