Senin 09 May 2011 16:25 WIB

Tergusur Gula Rafinasi, 10 Ribu Ton Gula Petani Menumpuk di Gudang

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari

REPUBLIKA.CO.ID,

CIREBON – Maraknya peredaran gula rafinasi di pasaran, membuat kondisi gula tebu petani menjadi terpuruk. Selain membuat harga tertekan, gula petani pun menjadi tak laku terjual. Akibatnya, gula tebu petani hanya tertumpuk di gudang-gudang.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Senin (9/5), jumlah gula petani yang menumpuk di sejumlah gudang milik petani itu mencapai sekitar 10.000 ton. Gula-gula tersebut sebelumnya telah dibeli dari petani oleh para pedagang besar.

Salah seorang sumber yang enggan disebut identitasnya, menjelaskan, para pedagang besar mengalami kesulitan ketika akan menjual gula lokal ke pasaran. Pasalnya, di pasaran saat ini telah banyak beredar gula rafinasi yang seharusnya hanya untuk kalangan industri

 

Menurut sumber itu, gula rafinasi lebih laku di pasaran karena memiliki kelebihan dibanding gula lokal yakni yang lebih putih dibandingkan gula lokal yang berwarna kusam.

Saat ini, harga gula lokal yang dijual ke pasaran umum hanya Rp 8.500 per kg. Padahal, ketika musim lelang, para pedagang besar membelinya dengan harga Rp 9.000 per kg.‘’Para pedagang besar terpaksa harus gigit jari,’’ ujarnya.

Tak hanya itu, tambah sumber tersebut, kerugian para pedagang besar juga semakin bertambah besar karena harus membayar biaya sewa gudang.

Penumpukan gula lokal milik petani dibenarkan Kepala Tata Usaha dan Keuangan Pabrik Gula Sindanglaut, Sumaryono. Dia mengungkapkan, pihaknya memang masih menjaga gula lokal milik pedagang di gudang pabrik.

‘’Jumlahnya cukup banyak. Gula itu diproduksi pada musim giling tahun lalu,’’ kata Sumaryono. Dia berharap, gula tersebut segera terserap ke pasaran umum karena tak lama lagi akan memasuki musim panen.

Ketua DPD APTRI Jabar, Anwar Asmali, saat dimintai tanggapannya, mengungkapkan, menumpuknya stok gula lokal sangat merugikan petani. Berdasarkan investigasi Dewan Pimpinan Nasional (DPN) APTRI, kondisi itu disebabkan maraknya peredaran gula rafinasi ke pasaran umum.

Seperti diberitakan sebelumnya, DPN APTRI sebelumnya telah meminta pemerintah untuk segera menertibkan sejumlah pabrik gula (PG) rafinasi. Pasalnya, pabrik-pabrik itu memasarkan gula rafinasi ke pasaran hingga menyebabkan harga gula petani menjadi tertekan.

‘’Jika tidak, maka petani tebu akan melakukan sweeping langsung ke pasar-pasar tradisional,’’ ujar Ketua DPN APTRI, Soemitro Samadikoen, didampingi Ketua DPD APTRI Jabar, Anwar Asmali, di Cirebon, beberapa waktu yang lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement