REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Harga minyak naik pada Selasa waktu setempat setelah diperdagangkan lebih rendah untuk sebagian besar hari, didorong oleh angka perdagangan kuat dari China yang menunjukkan ekonominya masih tumbuh dengan kuat.
Kekhawatiran tentang dampak pada kilang di koridor Mississippi dari banjir sungai terburuk sejak 1925 juga membantu harga bergerak naik, meskipun mereka masih jauh di bawah puncak minggu lalu.
Di New York, minyak mentah West Texas Intermediate atau light sweet untuk pengiriman Juni melonjak 1,33 dolar AS menjadi 103,88 dolar AS per barel, setelah jatuh ke 100,12 dolar AS di pagi hari.
Dalam dua hari, WTI telah pulih 6,70 dolar AS per barel setelah pekan lalu terjun hampir 17 dolar AS. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juni di perdagangan London bertambah 1,73 dolar AS menjadi 117,63 dolar AS per barel.
Data perdagangan China menunjukkan permintaan minyak tetap kuat meskipun Beijing berupaya untuk mendinginkan ekonomi, kata grup riset komoditas JP Morgan. "Meskipun harga meningkat beberapa survei dari penyuling besar menunjukkan bahwa impor juga akan tetap kuat pada Mei," kata mereka, menambahkan bahwa mereka memperkirakan penggunaan minyak yang lebih tinggi untuk pembangkit listrik selama musim panas.
Surplus perdagangan China membengkak menjadi 11,4 miliar dolar AS pada April dan ekspor mencapai rekor tertinggi bulanan, data menunjukkan Selasa.
Pedagang juga khawatir tentang dampak dari banjir Mississippi terhadap penyulingan minyak yang berbasis di sepanjang selatan dari sungai yang meluap. "Meningkatnya perairan di Mississippi dapat menggagalkan penyuling saat kita paling membutuhkannya," kata Phil Flynn dari PFG Best.
Sementara itu, Pusat Informasi Energi AS (EIA) memproyeksikan harga WTI rata-rata mencapai 102,67 dolar AS per barel pada 2011, merevisi turun 4 dolar AS dari perkiraan sebelumnya, sedangkan untuk tahun depan diproyeksikan 107 dolar AS per barel.
"EIA masih memperkirakan pasar minyak mengetat hingga tahun 2012, mengingat proyeksi pertumbuhan permintaan minyak dunia dan melambatnya pertumbuhan pasokan dari negara-negara yang bukan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC)," kata mereka.