Sabtu 14 May 2011 07:51 WIB

Pemberontak Libya Lakukan Pembicaraan di Gedung Putih

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Presiden AS Barack Obama, Jumat (13/5), memberi persetujuannya kepada kubu anti-Gaddafi di Libya, dengan membawa kelompok pemberontak itu ke Gedung Putih --tempat mereka dipandang layak dan sah. Hadir dalam pertemuan di Gedung Putih dengan penasehat keamanan nasional AS Tom Donilon satu delegasi dari kelompok pemberontak Dewan Peralihan, yang dipimpin oleh Mahmoud Jebril.

Jebril, Kamis, menyampaikan permohonan kepada Amerika Serikat agar mengucurkan miliaran dolar AS dari aset Libya yang dibekukan oleh Amerika Serikat dan sekutunya sebagai reaksi atas penindasan pemerintah Libya terhadap pasukan oposisi. Setelah tiga bulan pertempuran sengit, pemberontak yang menentang pemimpin Libya Muamar Gaddafi menguasai wilayah timur negeri tersebut sementara pasukan Gaddafi menguasai ibu kota, Tripoli, dan hampir seluruh wilayah Libya barat.

Juru bicara Gedung Putih Jay Carney menyebut Dewan Peralihan "interlokutor yang layak dan sah bagi rakyat Libya". Masalah pengakuan resmi AS atas dewan itu sebagai wakil rakyat Libya masih dikaji, kata Carney. "Dan kami akan terus menilai kemampuan Dewan Peralihan Nasional (TNC) saat kami meningkatkan keterlibatan kami dengan oposisi."

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Mark Toner mengatakan Jebril dan delegasinya melakukan pembicaraan panjang-lebar di Departemen Luar Negeri, tapi menyatakan tak ada keputusan yang dicapai mengenai pengakuan resmi atau pengucuran dana baru.

Ia mengatakan, Amerika Serikat menyadari perlunya untuk menyediakan dana guna meringankan "situasi kemanusiaan yang parah" di Libya dan membantu TNC memikul biaya operasional, tapi mekanismenya masih dibahas.

Obama juga mengadakan pembicaraan dengan Sekretaris Jenderal NATO Jenderal Anders Fogh Rasmussen mengenai Libya, dan mereka berjanji "selama rejim Gaddafi terus menyerang rakyatnya sendiri, NATO akan melanjutkan operasinya guna melindungi warga sipil".

 

 

 

sumber : antara/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement