REPUBLIKA.CO.ID, PBB - Israel dan Lebanon saling mengajukan protes di PBB menyangkut bentrokan yang melibatkan ribuan pengunjuk rasa Palestina yang berkumpul di perbatasan Israel, kata para diplomat seperti dikutip AFP, Selasa (17/5).
Israel menyalahkan Lebanon dan Suriah atas tewasnya 14 orang dan ratusan lainnya cedera ketika pasukan Israel menembaki ribuan pengunjukrasa Palestina yang memasuki perbatasan itu. Lebanon menuduh Israel menggunakan "kekuatan yang berlebihan" terhadap warga sipil yang tidak bersenjata.
Bentrokan itu terjadi di Dataran Tinggi Golan, di seberang Suriah di perbatasan dengan Lebanon, dan di Tepi Barat dan Jalur Gaza utara ketika ribuan warga Palestina memperingati berdirinya negara Israel pada 1948. Dalam surat-surat ke Dewan Keamanan dan Sekjen PBB Ban Ki-moon, Duta besar Israel umtuk PBB Meron Reuben menyebut rangkaian demonstrasi itu 'provokasi berbahaya'.
Ia menegaskan Israel telah berusaha mengekang diri sebisa mungkin dalam menghadapi ancaman aksi kekerasan itu. "Setiap individu yang jadi korban dalam unjuk-unjuk rasa ini jelas tanggung jawab" Lebanon dan Suriah, kata Reuben dalam surat-surat itu.
Duta Besar Lebanon, Nawaf Salam, mengatakan pasukan Israel "melepaskan tembakan" ke para demonstran yang tidak bersenjata kendati pasukan Lebanon mengawal ketat demonstran di garis perbatasan kedua negara.
Ia mengatakan pembunuhan itu menegaskan "prilaku agresif Israel yang tidak segan-segan menggunakan kekuatan militer yang berlebihan terhadap warga sipil yang merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum dan tata krama internasional."
Lebanon, yang merupakan salah satu dari anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara itu, meminta DK PBB menekan Israel untuk menghentikan kebijakannya yang provokatif dan bertanggungjawab atas pembunuhan itu.