REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Kementerian Dalam Negeri Tunisia, sebagaimana dilaporkan oleh stasiun televisi pan-Arab, membantah putri dan istri pemimpin Libya, Muamar Qaddafi, memasuki Tunisia beberapa hari sebelumnya.
Al Jazira dan Al Arabiya melaporkan juru bicara kementerian itu membantah bahwa anggota keluarga Qaddafi ada di Tunisia.
Satu sumber keamanan Tunisia mengatakan kepada Reuters pada Rabu (18/5), istri Qaddafi, Safia, dan putrinya, Aisha, telah memasuki Tunisia bersama satu rombongan warga negara Libya.
Al Jazira, yang mengutip keterangan juru bicara pemerintah Tunisia, melaporkan Tunisia akan menangkap setiap anggota keluarga Qaddafi, seandainya mereka memasuki negeri tersebut padahal mereka dikenakan larangan bepergian oleh PBB.
Sementara itu, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah mensahkan pendekatan yang lebih agresif mengenai serangan udara terhadap Libya, kata beberapa pejabat Barat, dua bulan setelah serangan terhadap pemerintah Qaddafi gagal membuat pemimpin Libya tersebut meletakkan jabatan.
Satu serangan udara NATO terhadap satu rumah di ibu kota Libya, Tripoli, telah menewaskan putra bungsu Gaddafi dan tiga cucunya. Juga beredar spekulasi mengenai keberadaan Qaddafi dan kesehatannya sejak serangan itu.