Kamis 19 May 2011 14:08 WIB

Cina 'Buka Pintu' Bagi Kepulangan Dalai Lama

Dalai Lama
Foto: AP/Ashwini Bhatia
Dalai Lama

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Pejabat tinggi China Tibet, Kamis (19/5) mengatakan "pintu terbuka" bagi kembalinya Dalai Lama dari pengasingan, tetapi mengulangi tuduhan bahwa pemimpin spiritual itu adalah separatis yang menghendaki kemerdekaan Tibet.

Dalam komentar pertama tingkat tinggi China sejak Dalai Lama pensiun sebagai kepala pemerintah Tibet di pengasingan pada Maret lalu, Padma Choling mengatakan sosok spiritual itu dipersilahkan untuk kembali ke Tibet selama dia menghentikan kegiatan separatisnya.

"Jika dia ingin kembali, pintu ke China selalu terbuka," kata Choling, pejabat peringkat tertinggi Tibet kepada wartawan. "Jika Dalai Lama benar-benar pensiun seperti yang pernah dia katakan, jika dia menghentikan kegiatan separatisnya, berhenti mengganggu stabilitas Tibet dan benar-benar berkonsentrasi pada Buddhisme, maka ini akan baik untuk Tibet," katanya. "Kuncinya adalah jika ia benar-benar melepaskan kemerdekaan Tibet."

China telah membuat pernyataan yang sama sebelumnya, tetapi para pengamat Tibet percaya bahwa Beijing tidak akan mengizinkan kembalinya karena potensi untuk menimbulkan ketidakstabilan politik di Tibet yang tegang. China telah bertahun-tahun bersikeras Dalai Lama ingin mendirikan negara Tibet merdeka, tuduhan-tuduhan yang oleh pemenang Nobel 1989 itu dibantah, dan Dalai mengatakan bahwa ia hanya mencari otonomi yang berarti bagi tanah airnya di Himalaya itu.

Setelah pensiun pada Maret lalu, warga Tibet di pengasingan memilih akademisi Harvard Lobsang Sangay, 43 tahun, sebagai perdana menteri baru mereka dan menyerahkan tugas politik Dalai Lama, menjadi ikon global itu. Beijing telah lama dilihat sebagai menunggu permainan, percaya bahwa gerakan Tibet di pengasingan akan pecah dan runtuh setelah kematian Dalai Lama, biksu Buddha berumur 75 tahun itu.

Choling, yang berbicara pada ulang tahun ke-60 pembebasan Tibet China secara damai, lebih lanjut menuduh Dalai Lama berusaha untuk mengembalikan teokrasi Tibet yang ada selama berabad-abad sebelum pengambilalihan China pada 1951. "Sejak ia pergi ke pengasingan pada tahun 1959, dia tidak pernah melakukan sesuatu yang baik untuk Tibet, segala sesuatu yang telah ia lakukan sejak ia meninggalkan Tibet adalah berjuang untuk restorasi demi perhambaan feodal," katanya.

Dia lebih jauh menegaskan kembali sikap Beijing bahwa pemerintah Tibet di pengasingan adalah "sebuah organisasi ilegal," dan mengatakan apapun perundingan-perundingan mendatang mengenai kembalinya Dalai Lama ke Tibet akan dengan pemimpin Buddha dan bukan dengan pemerintahan di pengasingan.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement