REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI - Sinagog (rumah ibadah agama Yahudi) itu tak seperti sinagog pada umumnya. Tak ada pemisahan jamaat laki-laki dan perempuan, pintu dalam keadaan terbuka. Namun nyanyian dalam bahasa Ibrani masih terdengar sempurna.
Kegiatan keamanaan hanya diikuti 10 keluarga. Ya, hanya ada 10 keluarga Yahudi di kota multiagama New Delhi yang aktif mengikuti kegiatan. Satu keluarga saat ditanya Reuters, membayangkan putrinya menjadi rabi pertama India perempuan. "Menjadi komunitas kecil, kita tidak bisa begitu kaku, begitu ortodoks," kata Ezekiel Isaac Malekar, sekretaris kehormatan dari jemaah yang mengerjakan pekerjaan selama tiga puluh tahun itu secara sukarela.
"Keterbukaan kami, pendekatan liberal kita, adalah apa yang memungkinkan kita untuk bertahan hidup. Untuk membaca Taurat, Anda harus membutuhkan sepuluh orang," katanya.
Ia mengaku, melakukan perubahan radikal dari ketentuan agama mereka. "Mengapa kita harus membedakan antara perempuan dan laki-laki? Saya menghormati perempuan."
Judah Hyam Synagogue, atau sinagog kecil itu, terselip di antara salah satu pasar kota yang paling populer dan hotel yang paling mahal di jantung India. Mereka berkumpul tiap Jumat, untuk menyiapkan Shabbat, hari Sabat Yahudi.
Rumah ibadat itu hadiah pemerintah India pada tahun 1956. Ada 30 sinagog di seantero India, untuk menampung sekitar 5.000 jamaah.
Menurut Letjen JFR Yakub, mantan gubernur Punjab dan Goa dan pimpinan sinagog se-India, Yahudi ada di negeri itu sejak 2.000 tahun lalu. Tiap hari, ia memimpin layanan, dibantu beberapa relawan asing. Diplomat Israel dan ekspatriat Yahudi lainnya, turut membantunya.
Tiap hari, ia membawa rombongan turis Yahudi keliling kota, mampir ke beberapa sinagog. Tiap tahun, sekitar 10 ribu turis internasional menjadi tamunya.
Menurutnya, jumlah Yahudi di negeri itu terus menyusut. Dalam sensus penduduk tahun 1951 tercatat 35 ribu orang Yahudi, kebanyakan tinggal di atau di sekitar pusat komersial Mumbai. Namun, saat ini jumlahnya tinggal 5.000-an orang.
"Israel ada di dalam hati saya, tetapi India dalam darah saya," kata Malekar, yang menceritakan sebuah legenda bangkai kapal pada abad ke-4 yang mendaratkan tujuh keluarga Yahudi di tepi Mumbai. merekalah cikal bakal Yahudi di negeri itu.