Selasa 24 May 2011 20:18 WIB

Perancis: Kami tak Butuh Imigran

Rep: Agung Sasongko/ Red: Johar Arif
Presiden Sarkozy (kiri) dan Menteri Dalam Negeri Claude Gueant
Foto: AP
Presiden Sarkozy (kiri) dan Menteri Dalam Negeri Claude Gueant

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Perancis semakin gerah dengan keberadaan imigran. Menteri Dalam Negeri Perancis, Claude Gueant, mengatakan negaranya dipenuhi pelayan dan tukang bangungan yang merupakan imigran dari luar Perancis. "Mereka tidak dibutuhkan," kata Gueant kepada radio Perancis, seperti dilansir dari dailymail.co.uk, Selasa (24/5).

Gueant mengatakan adalah mitos bahwa demokrasi modern di Eropa membutuhkan tenaga terampil. Menurutnya, hal yang keliru bahwa Perancis membutuhkan ribuan pekerja. Sebab, Perancis memiliki cukup tenaga terampil. "Kita tidak perlu tukang bangunan atau pelayan. Perancis memiliki sumber daya yang cukup  dalam bidang itu," papar dia yang menyindir Inggris sebagai negara pengeskpor tenaga terampil ke Perancis.

Dikatakan Guent, pemerintah Perancis melalui kebijakannya telah membuat semacam penyaringan ketat untuk pekerja asal Perancis. Bisa dipastikan, kualitas dari pekerja Perancis tidak bisa diragukan. Karena itu, tepatnya bulan lalu, Guent menegaskan bahwa Perancis akan menghentikan arus imigran dengan tidak mengakui keberadaan mereka secara hukum.

Penegasan itu senada dengan pernyataan Presiden Sarkozy yang mengatakan pengakuan secara hukum setiap imigran tidak masuk akal lantaran akibat dari hal itu angka pengangguran meningkat. "Akibat dari masalah ini, kami harus mencari pekerjaan untuk warga negara Perancis dan pengangguran imigran sebesar 23 persen," kata Sarkozy.

Dia mengatakan penduduk Perancis tiap tahunnya bertambah 110.000 jiwa. Meski begitu, Sarkozy tidak menghendaki Perancis mengalami nasib seperti Jerman yang mengalami defisit penduduk 100.000 jiwa pertahun. Sarkozy menambahkan Perancis harus beradaptasi dengan tingkat ekonomi imgran dan memastikan pemberian pelatihan kepada pekerja Perancis guna memenuhi kebutuhan perekonomian.

Berkat komentarnya yang berbau rasis, banyak kalangan di Perancis, termasuk para tokoh antirasisme, yang melihat tindakan itu hanya mencari popularitas konservatif di Perancis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement