Selasa 24 May 2011 20:53 WIB

Netanyahu 'Keukeuh' Israel tak Akan Kembali ke Perbatasan 1967

Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu
Foto: AP
Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu

REPUBLIKA.CO.ID, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menegaskan tekadnya, seraya berjanji bahwa Israel tidak akan menarik diri ke perbatasan 1967 dan perbatasan tersebut "tidak bisa dipertahankan". Hal itu disampaikan dalam pidatonya saat melobi kalangan pro-Israel berpengaruh di Washington, Selasa (24/5).

Netanyahu mengatakan bahwa dirinya akan mengulang kembali tekadnya itu terkait visi perdamaian dengan Palestina dalam pidatonya untuk Kongres besok. Tetapi ia berjanji visi perdamaian tersebut tidak termasuk penarikan ke garis yang ada sebelum perang Timur Tengah 1967.

"Saya yakinkan Anda satu hal, (perdamaian) harus meninggalkan Israel dengan keamanan dan oleh karena itu, Israel tidak dapat kembali ke baris 1967 dipertahankan," katanya menegaskan.

Sebelumnya Presiden AS Barack Obama menyatakan perbatasan Israel dan negara Palestina harus didasarkan pada tahun garis 1967. Demikian dikatakan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama dalam pidato mengenai perkembangan di Timur Tengah dan Afrika Utara, Kamis (19/5).

Pernyataan tersebut sekaligus memungkinkan memicu bentrokan baru dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Menurut Obama, tidak ada gunanya bagi Palestina untuk meminta PBB agar mengakui sebuah negara Palestina.

Obama juga mengatakan impian akan sebuah negara Yahudi yang demokratis tidak akan bisa terpenuhi apabila pendudukan terhadap wilayah Palsetina saat ini dilanjutkan. Menurut Obama, penyelesaian memungkinkan apabila keduanya bersedia melakukan konsesi.

Obama memperingatkan Palestina bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri dan mengatakan bahwa kesepakatan persatuan antara Fatah dan gerakan Islam radikal Hamas menimbulkan "pertanyaan yang mendalam dan sah" bagi Israel.

"Bagaimana bisa satu bernegosiasi dengan pihak yang telah menunjukkan dirinya tidak mau mengakui hak Anda untuk ada?" ujar Obama.

Dalam sebuah survei yang lama ditunggu-tunggu dari "musim semi Arab" dari pemberontakan, Obama dibandingkan "teriakan martabat manusia" di seluruh wilayah untuk rasa sakit kelahiran Amerika dan perjuangan hak-hak sipil, meskipun diletakkan beberapa arah kebijakan baru yang radikal.

Tapi komentarnya atas proses perdamaian Israel-Palestina kemungkinan akan macet menarik perhatian. Karena hal itu terjadi, satu hari sebelum Presiden Barack Obama bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Oval Office.

sumber : AFP/news.com.au
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement