REPUBLIKA.CO.ID, Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, dalam pidatonya di Kongres Amerika Serikat menekankan bahwa Baitul Maqdis akan menjadi ibukota abadi Israel dan masalah pengungsi Palestina harus diselesaikan di luar perbatasan Israel. Kantor berita Fars melaporkan, Netanyahu kemarin (24/5) dalam pidatonya di Kongres Amerika, meminta Pemimpin Otorita Ramallah, Mahmoud Abbas untuk mengakui Israel sebagai "pemerintahan Yahudi."
Di sambut riuh tepuk tangan para hadirin, Netanyahu menegaskan bahwa Baitul Maqdis akan menjadi ibukota abadi Israel seraya menyatakan kesiapan Israel untuk melepaskan "dengan berat hati tanah yang dijanjikan bagi kaum Yahudi seperti yang disebutkan dalam Taurat, demi mewujudkan perdamaian konstan yang berasaskan pada keamanan."
Dikatakannya, "Kini sudah saatnya Abbas mengakui Israel sebagai pemerintah Yahudi." Netanyahu juga meminta Abbas untuk membatalkan kesepakatan rekonsiliasi nasional yang ditandatanganinya dengan kelompok Hamas karena menurut PM Israel itu, Hamas bukan rekan perdamaian.
Diklaimnya bahwa Israel akan menjadi pihak pertama yang akan mengakui kemerdekaan Palestina namun persenjataan dalam pemerintahan mendatang Palestina harus dilucuti. Netanyahu kembali menyatakan penentangannya terhadap usulan yang dikemukakan oleh Presiden Amerika Barack Obama, agar Tel Aviv menarik diri hingga ke perbatasan tahun 1967. Dalihnya adalah karena Israel tidak akan mampu menjaga keamanan perbatasan tersebut.
Terkait permukiman Zionis, Netanyahu mengatakan bahwa nasib kawasan permukiman tersebut akan ditentukan di meja perundingan dan upaya Palestina untuk mencari solusi di Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak akan berhasil. Bahkan langkah tersebut harus ditentang. Perdana menteri rezim arogan itu mengklaim, "Friksi kami dengan Palestina bukan atas masalah pembentukan negara Palestina melainkan terkait penentangan terhadap pemerintahan Yahudi."
"Kami bukan penjajah, kaum Yahudi hidup di tanah air bersejarah mereka sendiri," tutur Netanyahu. Ia juga mengapresiasi sekutunya, Amerika Serikat dan menyatakan, "israel tidak menemukan teman lebih baik dibanding Amerika Serikat dan begitu pula sebaliknya." Ditujukan kepada para hadirin, Netanyahu mengatakan, "Saya melihat banyak teman baik dari Republikan dan Demokrat."
Menyinggung dukungan Amerika Serikat terhadap Israel meski Washington tengah dihadapkan pada krisis ekonomi buruk, Netanyahu mengucapkan terima kasih. Ungkapan tersebut langsung disambut riuh tepuk tangan hadirin.
Terkait revolusi rakyat di kawasan Timur Tengah, Netanyahu mengatakan, "Washington dan Tel Aviv menyatakan solidaritas terhadap harapan dan impian para pemuda di Tunisia, Kairo, dan Iran yang menuntut kebebasan. Israel adalah negara demokratis yang memiliki kebebasan berpendapat serta pengadilan independen, dan friksi dalam parlemen."
Lebih lanjut menyinggung sejumlah negara di kawasan yang meminta bantuan dari Amerika Serikat, Netanyahu mengatakan, "Israel tidak seperti negara-negara lain di Timur Tengah. Israel memiliki martabat, kami tidak memerlukan pasukan dari Amerika Serikat, karena Israel mampu membela diri."