REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON DC--Seperti yang telah diduga sebelumnya. Meski tidak ada informasi baru yang disampaikan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, namun pidatonya di hadapan kongres AS mampu membuat sejumlah anggota kongres kagum.
Bahkan politisi Israel berusia 62 tahun ini mampu membuat anggota kongres yang mengikuti pidatonya itu berdiri sambil memberikan tepuk tangan panjang usai berpidato. Netanyahu piawai betul memanfaatkan undangan partai Republik sebagai ajang untuk menggalang dukungan dari sekutu utamanya itu.
Melalui bahasa Inggrisnya dengan aksen Amerika yang begitu lancar, Netanyahu bertutur panjang soal sikap Israel dalam menghadapi Palestina maupun pernyataan Presiden AS, Barack Obama terkait masalah tapal batas 1967.
AS bukanlah negara yang asing bagi Netanyahu. Di tahun 1960an alumnus Massachusetts Institute of Technology (MIT) ini pernah menetap di pinggiran kota Philadelphia. Bahkan Netanyahu yang masih menguasai aksen Philadelphia itu, juga dianggap berhasil memilih intonasi yang tepat dan menggunakan idiom sebagaimana layaknya seorang warga AS asli. Semua itu dilakukannya untuk menimbulkan suasana yang dapat menimbulkan empati kepadanya.
Tak mengherankan bila akhirnya pidato politisi yang pernah belajar ilmu politik di Universitas Harvard ini menuai pujian dari sejumlah politisi AS yang memenuhi gedung Capitol Hill.
''Netanyahu adalah juru bicara terbaik Israel yang berpidato di AS. Seluruh warga israel mencintai AS...begitu juga anggota kongres yang menyukai Israel,'' puji Nahum Barnea, wartawan Israel dalam sebuah tulisannya di Yedioth Ahronoth.
Namun, menurut Barnea sayangnya kongres AS dianggap tidak memberikan dukungan maksimal terutama ketika Israel berada dalam posisi sulit. ''Peran mereka dalam kebijakan luar negeri AS kecil dan mereka bukan menjadi korban bila Hamas meluncurkan roket ke Ashkelon atau Beersheba,'' katanya.