Kamis 26 May 2011 10:23 WIB

Serangan NATO Putuskan Komunikasi Qaddafi dengan Tentaranya

Muammar Qadafi
Foto: AP
Muammar Qadafi

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA - Serangan udara NATO telah memaksa pemimpin Libya Muammar Qaddafi bersembunyi, sehingga kian sulit buat dia untuk berkomunikasi dengan tentaranya, kata seorang jenderal Kanada, Rabu (25/5). "Kami sekarang menyadari bahwa Qaddafi dipaksa bersembunyi (dari serangan udara NATO) dan oleh karena itu makin sulit buat dia untuk berkomunikasi dengan tentaranya dan memerintahkan serangan terhadap warga sipil," kata Brigadir Jenderal Richard Blanchette pada suatu taklimat.

NATO mulai meningkatkan serangan pada April, dengan serangan hampir setiap hari di ibu kota Libya, Tripoli, dan sekitarnya, termasuk serangan udara pada malam hari pada 30 April --yang dikatakan pemerintah menewaskan seorang putra dan tiga cucu Gaddafi. NATO belum mengkonfirmasi korban jiwa itu.

Saat jet tempur persekutuan Barat tersebut membom ibu kota Libya pada Rabu (25/5), Blanchette mengatakan NATO telah melancarkan 8.100 misi di Libya, termasuk 3.100 serangan udara sejak dimulainya operasi guna menekan Gaddafi agar meletakkan jabatan setelah 42 tahun memerintah.

Jet tempur Kanada menjatuhkan 240 bom yang dipandu laser di negeri Afrika tersebut, kata juru bicara militer Kanada. "Apa yang anda dengar barangkali adalah telah terjadi peningkatan tekanan di Tripoli," katanya.

Pemberontak Libya meraih kemenangan besar pada pertengahan Mei, dengan menguasai bandar udara Misrata, sekitar 200 kilometer di sebelah timur Tripoli, sehingga wilayah strategis itu berada di luar jangkauan senjata pemerintah, setelah dua bulan pengepungan.

"Jika anda melihat apa yang terjadi di Misrata, misalnya, kami yakin kami secara positif telah mempengaruhi situasi, banyak warga sipil telah dilindungi ... dan senjata artileri rejim Gaddafi, yang membombardir kota itu setiap hari, telah didesak," kata Blanchette.

sumber : Antara/ AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement