REPUBLIKA.CO.ID,NUSA DUA - Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, membacakan pidatonya di depan Kongres Amerika Serikat pada Rabu (25/5) lalu. Menurut Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad Malki, pidato tersebut berlebihan dan tidak menginginkan perdamaian Israel dengan Palestina dan dunia Arab.
"Masalah pemukiman Israel di Palestina sangat penting. Tapi di Kongres AS, Netanyahu malah mengatakan 'No Yerussalem', 'No Refugees' dan 'No 1967 Borders'," kata Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad Malki, dalam jumpa pers di sela-sela rangkaian acara Gerakan Non Blok (GNB) atau Non-Aligned Movement (NAM) ke-16 dan peringatan ke-50 tahun di Nusa Dua, Bali, Kamis (26/5).
Menurut Malki, pidato yang dibacakan di depan Kongres AS itu menandakan bahwa Israel lebih memilih menyelesaikan masalah dengan konfrontasi daripada negosiasi untuk perdamaian dengan Palestina dan Arab. Padahal apa yang dikatakan Presiden AS, Barrack Obama, sudah sangat jelas bahwa tapal batas pada 1967 dapat menjadi dasar negosiasi untuk menyelesaikan masalah ini.
Ia juga menilai pidato Netanyahu itu hanya sebagai reaksi kepanikan dari adanya dukungan pembentukan Palestina dari Obama dengan wilayah Jalur Gaza yang berbatasan dengan Mesir dan Tepi Barat Sungai Jordan. Namun, hal itu tidak akan mengendurkan upaya Palestina untuk menjadi negara merdeka dan berdaulat serta akan mengajukan sebagai anggota PBB pada Sidang Majelis Umum PBB pada September 2011 mendatang.
"Tidak masalah, September 2011 menjadi tujuan kami. Kami akan bekerja keras agar mayoritas anggota Sidang Majelis Umum PBB mengakui kedaulatan Palestina," imbuhnya.