REPUBLIKA.CO.ID,TUNIS--Sekitar 6.850 orang yang melarikan diri dari kekerasan di Libya telah tiba di Tunisia antara Senin dan Selasa pagi, kata kementerian pertahanan Tunisia, saat pasukan NATO meningkatkan serangan udara di Tripoli. Warga Libya merupakan bagian terbesar dari pengungsi baru itu, kata kementerian tersebut, yang menyebutkan jumlahnya 6.011 orang.
Sekitar 500 keluarga telah ditampung di sebuah kamp pengungsi yang dijalankan Qatar di Tataouine selatan, ujar Kolonel Mokhtar Ben Nasser pada wartawan. Mereka melarikan diri dari meningkatnya pemboman dan kemajuan pemberontak di Tripooi yang memicu kekhawatiran akan kekerasan lagi, kata seorang pejabat militer Tunisia di pos perbatasan Ras Jedir.
"Di Tripoli, pemboman terus berlangsung dan milisi pro-Gaddafi mematroli distrik=distrik yang diduga menyembunyukan para penentang," salah seorang warga Libya mengatakan pada AFP tanpa memberikan namanya. Seorang polisi Libya menyatakan bagaimanapun penambahan pengungsi tiba-tiba itu terkait dengan awal liburan sekolah di Libya.
Menurut kementerian dalam negeri Tunisia, lebih dari 70.000 warga Libya telah melarikan diri ke negara itu sejak pemberontakan anti-Gaddafi mulai pada Februari lalu. Sekitar 20 ledakan keras terdengar Selasa di ibu kota Libya itu, tempat beberapa rumah milik pemimpin Libya Kolonel Muamar Gaddafi diserang, seorang wartawan AFP melaporkan.
Serangan itu merupakan pembombardiran paling gencar pada siang hari bolong sejak serangan udara pimpinan NATO mulai pada pertengahan Maret lalu.