Rabu 08 Jun 2011 10:54 WIB

PBB Desak Israel Agar Tentaranya tak Menggunakan Kekerasan

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Komisaris Tinggi PBB urusan hak azasi manusia (HAM), Navi Pillay mengaku "sangat khawatir" karena kerusuhan yang mematikan di Dataran Tinggi Golan di daerah perbatasan antara Israël dan Suriah. Menurut Pillay puluhan orang meninggal di sana dalam waktu tiga minggu.

   

"Antara 30 sampai 40 demonstran dibunuh pasukan keamanan Israel," ujar Komisaris Tinggi UNHCR dalam pernyataannya Selasa (7/6). "Pemerintah Israel wajib mencegah pasukan keamanan menggunakan kekerasan berlebihan," sambung Pillay lagi.

   

Israel pernah mengadu ke PBB soal Suriah. Rezim Suriah konon mengirim pengunjuk rasa ke perbatasan bahkan membayar mereka untuk mengalihkan perhatian dari unjuk rasa massal menentang rezim Presiden Bashar al-Assad. Sekjen PBB Ban Ki-moon mengimbau semua pihak menahan diri.

Sebelumnya, Pasukan Israel memerangi ratusan demonstran pro-Palestina yang mencoba mendekati perbatasan Suriah dengan Dataran Tinggi Golan, pada Ahad (5/6). Akibat aksi brutal militer Zionis ini, sedikitnya 20 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.

Bentrokan ini pecah ketika para demonstran memperingati kekalahan Arab dalam perang Timur Tengah 1967. Israel menuding Suriah mendalangi kekerasan itu untuk mengalihkan perhatian dari tindakan keras mereka terhadap protes oposisi di negerinya. Para demonstran, yang dikoordinir melalui Facebook, melintasi pos pemeriksaan Suriah dan PBB kemudian bergerak ke garis depan, mendekati perbatasan Israel.

"Pemerintah Suriah sedang mencoba membuat provokasi," kata juru bicara Kepala Militer Israel, Brigjen Yoav Mordechai. "Perbatasan ini telah tenang selama beberapa dekade. Namun baru sekarang, dengan semua kerusuhan di Suriah, ada upaya untuk menarik perhatian perbatasan."

Tidak ada komentar dari pemerintah Suriah tentang mengapa para demonstran diizinkan membanjiri perbatasan, dan tidak dilarang oleh pihak berwenang. Namun media pemerintah Suriah menggambarkan aksi tersebut sebagai pemberontakan spontan pemuda Palestina dari sebuah kamp pengungsi terdekat. Menjelang Ahad malam, televisi pemerintah Suriah mengatakan akan membuka sisi perbatasan, dan ribuan lebih demonstran dalam perjalanan ke tempat tersebut.

Protes dimulai sekitar pukul 11:00 waktu setempat, dilakukan oleh belasan pemuda yang datang menggunakan bus. Menjelang siang jumlah massa kian membesar. Dan sore harinya, massa telah membengkak menjadi lebih dari 1.000 orang. Mereka bernyanyi, berdoa dan meneriakkan slogan-slogan anti-Israel. Sementara di kejauhan, tentara Israel yang didukung lusinan kendaraan lapis baja dan mobil militer bersiaga di sepanjang jalan perbatasan.

Sekelompok kecil pemuda berhasil memotong kumparan kawat berduri penanda perbatasan dan mengambil posisi di parit yang termasuk kawasan zona penyangga, sekitar 20 meter dari pagar perbatasan terakhir. Pasukan Israel melepaskan tembakan secara berkala ke arah pemuda yang melompat ke parit, menciptakan gumpalan-gumpalan tanah yang terbang ke udara.

Melihat aksi massa yang terus berlanjut hingga petang, pasukan Israel mulai menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstran. Ratusan orang melarikan diri dari area tersebut dalam keadaan panik, sementara sekitar 20 orang tergeletak di tanah dan menerima pengobatan.

Saat malam tiba, para demonstran tersungkur dalam sujud, pada saat shalat Maghrib. Beberapa kelompok kecil menyalakan api unggun. Nampaknya aksi ini akan terus berlanjut. Israel berjanji akan merespons secara keras jika aksi ini terus berlanjut, sebagaimana yang mereka lakukan bulan lalu, ketika pasukan Israel menewaskan lebih dari selusin orang dalam bentrokan di sepanjang perbatasan Suriah dan Lebanon.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement