Rabu 08 Jun 2011 12:47 WIB

Kepemimpinan Ikhwanul Muslimin Diragukan Mampu Rangkul Banyak Pihak

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat Timur Tengah sekaligus Direktur French Institute of the Near East, Francois Burgat, menilai popularitas Ikhwanul Muslimin di Mesir pasca penggulingan rezim Presiden Hosni Mubarak bisa meningkat lantaran memiliki kesiapan organisasi yang lebih baik. Kesiapan itu sangat penting bagi Mesir guna melanjutkan revolusi.

"Namun, perlu diingat, andai saja Ikhwanul Muslim memimpin Mesir, maka Mesir untuk kali pertama diperintah oleh organisasi Islam secara langsung," papar dia kepada Republika.co.id, Selasa (7/6).

Yang menjadi pertanyaan, kata dia, apakah Ikhwanul Muslimin mampu meyeimbangkan kekuatan dalam negeri di Mesir. "Faktanya, revolusi dunia Arab lebih banyak memberikan pengaruh ke luar bukan ke dalam negeri," kata dia.

Hal lain yang perlu dicatat, kata Burgat, sistem politik bisa berfungsi apabila ada satu pihak yang mampu merangkul banyak pihak sehingga tidak lagi menjadi reinkarnasi rezim lanjutan. "Ini yang menarik. Kondisi yang sama akan juga dialami Yaman dan Tunisia," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement