REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING - Yao Jiaxin, mahasiswa berusia 21 tahun, dieksekusi mati di Xian, Provinsi Shaanxi, utara China, pada Selasa (7/6). Dia membunuh seorang wanita untuk menutup-nutupi insiden kecelakaan lalulintas.
Yao dilaporkan menikam ibu muda, Zhang Miao (26), hingga tewas. Yao melakukan aksi keji itu lantaran sangat khawatir Zhang akan menuntut gantirugi setelah dia menabrak wanita tersebut dengan mobilnya pada Oktober lalu.
Perkara yang digambarkan 'menjijikkan' oleh Mahkamah Agung China itu memicu debat soal moralitas anak muda. Khususnya anak muda dari kalangan ''generasi kedua yang kaya'' di negara tersebut.
'Generasi kedua yang kaya' adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebut anak-anak dari orang-orang yang menjadi makmur ketika ekonomi China mengalami ekspansi. Orang tua Yao kabarnya bekerja di sektor industri pertahanan yang tengah berkembang pesat di China.
Si mahasiswa tengah belajar di Konservatorium Musik Xian ketika dia dilaporkan menabrak sepeda yang dikendarai Zhang. Zhang bekerja sebagai pramusaji rumah makan di Xian.
Menurut beberapa laporan, Zhang menderita luka ringan dalam kecelakaan tersebut. Tapi karena yakin korban akan mengadukannya ke polisi, Yao kemudian menikam korban dengan pisau sebanyak delapan kali. Yao kemudian kabur dari lokasi kecelakaan.
Yao dilaporkan menyerahkan diri kepada aparat berwenang empat hari kemudian. Dia datang dengan didampingi orangtuanya. Namun, penyerahan diri tersebut tidak menjadi faktor yang meringankan ketika dia diadili di Pengadilan Rakyat Menengah di Xian.
Dia dinyatakan bersalah dan dihukum mati pada 22 April. ''Yao mengakui bahwa dia membunuh Zhang lantaran dia sangat khawatir wanita tani itu akan sulit diatasi berkaitan dengan kecelakaan lalulintas,'' lapor kantor berita Xinhua.
Pengadilan tinggi menolak permohonan banding Yao dan hukuman mati kemudian disetujui oleh Mahkamah Agung Rakyat.