Kamis 09 Jun 2011 06:19 WIB

Spanyol Akui Dewan Pemberontak Libya

REPUBLIKA.CO.ID,BENGHAZI--Spanyol mengakui Dewan Transisi Nasional Libya sebagai perwakilan sah negara itu, kata Menteri Luar Negeri Spanyol Trinidad Jimenez selama kunjungan ke Libya timur yang dikuasai pemberontak. "Saya berada di sini untuk mengkonfirmasi bahwa Dewan Transisi Nasional merupakan satu-satunya perwakilan sah rakyat Libya," kata Jimenez kepada wartawan di kota Benghazi, Libya timur, Rabu.

Dewan itu, yang mengatur permasalahan kawasan timur yang dikuasai pemberontak, melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel pemimpin Libya Muammar Qaddafi. Negara-negara besar yang dipelopori AS, Prancis dan Inggris membantu mengucilkan Gaddafi dan memutuskan pendanaan dan pemasokan senjata bagi pemerintahnya, sambil mendukung mendukung dewan pemberontak dengan tawaran-tawaran bantuan.

Dewan itu telah memperoleh pengakuan penuh dari Prancis, Italia, Qatar dan Yordania sebagai perwakilan sah rakyat Libya, sementara AS mengundang pemberontak untuk membuka kantor di Washington. Jimenez menjanjikan bantuan kemanusiaan bagi pemberontak Libya, namun tidak memberikan penjelasan terinci lebih lanjut. "Apa yang diinginkan pemerintah Spanyol sama dengan apa yang diinginkan rakyat Libya, yaitu demokrasi dan kebebasan, dan karena itulah pemerintah Spanyol menjanjikan bantuan kepada dewan nasional," kata menteri Spanyol itu.

Libya kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret. Sebanyak 21 kapal NATO berpatroli aktif di Laut Tengah sebagai bagian dari penegakan embargo senjata terhadap Libya. Aliansi 28 negara itu sejak 31 Maret juga memimpin serangan-serangan udara terhadap pasukan darat rejim Qaddafi.

Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Gaddafi, yang membuat marah Barat.

Selama beberapa waktu hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Gaddafi setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, pasukan Gaddafi kemudian dikabarkan telah berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.

Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu. Qaddafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Qaddafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak. Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.

 

sumber : antara/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement