Jumat 10 Jun 2011 13:36 WIB

Lagi, Serangan Udara NATO Hantam Tripoli

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Ledakan-ledakan mengguncang ibu kota Libya dan pinggiran kota, pada Kamis (9/6) malam, pada saat pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) melancarkan gelombang baru serangan udara, demikian kata seorang wartawan AFP dalam laporannya. Tiga ledakan kuat mengguncang pusat Tripoli pada sekitar tengah malam waktu setempat (22.00 GMT). Selang beberapa waktu kemudian disusuli ledakan-ledakan lainnya.

Dalam dua hari terakhir, Tripoli telah dijadikan target serangan udara paling dahsyat NATO sejak kampanye militer internasional yang digelar untuk menghadapi rezim orang kuat Libya Muamer Gaddafi dimulai pada 19 Maret lalu. Juru bicara pemerintah, Mussa Ibrahim, mengatakan bahwa pada Selasa lalu saja, 60 bom telah dijatuhkan di Tripoli, menewaskan 31 orang dan melukai lebih banyak lagi.

Sasaran-sasaran utama serangan termasuk tempat kediaman Gaddafi di pusat Tripoli, pinggiran timur Tajura dan jalan ke bandara selatan ibu kota, kata Mussa Ibrahim menambahkan. Sementara itu menurut kantor berita Xinhua, Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi, Rabu (8/6), menyerukan gencatan senjata segera di Libya dan upaya-upaya politik untuk mengatasi krisis di negara Afrika utara itu.

"Ini adalah prioritas utama bagi pihak terkait untuk mencapai suatu gencatan senjata guna menghindari bencana kemanusiaan yang lebih besar, dan mengatasi krisis Libya melalui cara-cara politik termasuk dialog dan perundingan," kata Yang pada saat bertemu dengan utusan khusus pemerintah Libya, Abdul Ati Al-Obidi .

China menentang tindakan di luar otoritas Dewan Keamanan PBB dan bersikap menghormati kedaulatan, kemerdekaan dan integritas wilayah Libya serta menghargai pilihan yang dibuat oleh rakyat Libya, kata Yang. China berharap pihak terkait di Libya akan mengambil tindakan-tindakan penting mendasar bagi negara dan masyarakat, serta memulai proses politik untuk menyelesaikan krisis sedini mungkin untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional, kata Yang.

China mendukung prakarsa mediasi Uni Afrika(AU) dan diplomatik untuk memecahkan krisis Libya. Selain itu juga bersedia berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dan bekerja dengan komunitas internasional untuk menyelesaikan krisis melalui cara-cara politik, katanya. Al-Obidi, yang juga Menteri Libya untuk Penghubung Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, menyatakan kesediaan Libya untuk menerima peta jalan AU dan mencapai gencatan senjata.

Dia menambahkan bahwa Libya berharap China bisa memainkan peran dan mengerahkan pengaruhnya dalam aspek ini. Libya akan mengadopsi tindakan yang diperlukan untuk menjamin keamanan warga negara China dan properti mereka di Libya, kata Al Obidi. 

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement