Jumat 10 Jun 2011 16:38 WIB

Gempur Tripoli Lagi, NATO Komitmen Teruskan Operasi Selama Qaddafi Serang Rakyat Sipil

Bangunan utama hunian Qaddafi yang hancur oleh serangan udara NATO
Foto: EPA
Bangunan utama hunian Qaddafi yang hancur oleh serangan udara NATO

REPUBLIKA.CO.ID, Pesawat Tempur NATO Terus membombardir ibu kota Libya, Tripoli, dengan ledakan besar menggema ke penjuru kota.

Paling sedikit tiga serangan pada Jumat dini hari mengakibatkan asap tebal membumbung tinggi di atas Tripoli. Serangan diarahkan baik kepada hunian-hunian yang diduga tempat tinggal Moammar Qaddfi, atau barak-barak militer terdekat.

Setelah serangan-serangan tersebut, pendukung loyal Qaddafi langsung menembakkan rifle ke udara dan membunyikan klakson keras-keras demi mengacaukan situasi.

Serangan malam itu, menyusul serangan pada Kamis, total berjumlah 14 serangan udara, terhitung lebih sedikit dibanding bombardir pada Selasa yang meratakan bangunan-bangunan utama di hunian Qaddafi, di tengah kota.

Serangan dilakukan ketika pasukan Qaddafi tengah memperbarui amunisi berat mereka dekat kota yang dikuasai pemberontak, Misrata, pada Rabu. Serangan pasukan Qaddafi menyebabkan sedikitnya 12 pejuang oposisi tewas.

Sementara di Brusel, sekretaris jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, penembakan amunisi berat dekat Misrata menggarisbawahi perlunya operasi terus dilakukan. Itu demi melindungi rakyat sipil.

"Ini adalah contoh bahwa rezim Qaddafi masih merupakan ancaman terhadap rakyat sipil," ujarnya. "Kami berkomitmen terus terilbat selam dibutuhkan."

'Menghitung Hari Kejatuhan Qaddafi'

Serangan udara terjadi juga pada saat menteri luar negeri Amerika Serikat (AS), Hillary Clinton, mendeklarasikan pada Selasa bahwa hari-hari terakhir Qaddafi sebagai pemimpin Libya sudah ditandai.

"Hari-hari Qaddafi telah dihitung. Kami bekerjasama dengan partner-partner internasional di PBB untuk merencanakan masa pasca-Qaddafi di Libya yang tak terelakkan," ujar Clinton

Janji Keuangan.

Saat pertempuran merebut kendali atas Libya berkecamuk,  para pendonor menjanjikan lebih dari 1,3 milyar dolar untuk membantu mendukung Dewan Transisi Nasional (NTC), badan utama yang mewakili pemberontak Libya bertempur melawan Qaddafi.

Italia dan Prancis menawarkan bantuan gabungan senilai 1,02 milyar dolar, sementara Kuwait dan Qatar menjanjikan dana gabungan sebesar 280 juta dolar dalam bentuk bantuan transparan kepada oposisi.

Lalu Turki datang dengan angka 100 milyar dolar demi membantu kelompok yang kini bermarkas di Benghazi. Sikap Turki disampaikan oleh menteri luar negeri, Ahmet Davutoglu.

Clinton juga melontarkan pernyataan berbunyi, "Kami siap untuk menentukan mekanisme keuangan untuk mengalir ke NTC." Menlu AS itu, di Washington, juga menyatakan akan meningkatkan bantuan kemanusiaan kepada seluruh warga Libya hingga 26,5 juta dolar, namun bukan dalam bentuk dana tunai langsung ke NTC.

Seorang pejabat AS yang tak mau disebut namanya berkata, "Kami memahami rasa frustasi NTC, namun sekali lagi komunitas internasional tidak akan membiarkan NTC jatuh."

Washington, Rabu (8/6) mengatakan bahwa pengiriman minyak Libya oleh NTC untuk dijual telah diantar ke kilang AS dan Clinton mendorong negara-negara lain untuk melakukan pembelian serupa demi membantu rakyat Libya.

Sementara pemimpin oposisi di Benghazi mengatakan, mereka berharap memulai produksi lagi segera, hingga lebih dari 100 ribu barel perhari. Namun mereka tak menyebut kerangka waktu pasti.

 

Jumlah-jumlah negara yang mengakui dewan oposisi kian bertambah tiap hari. Satu hari setelah Spanyol mengakui NTC, Australia mengatakan pemerintah sementara yang dibentu penentang Qaddafi adalah sah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement