Jumat 10 Jun 2011 17:41 WIB

Demokrasi Dinilai Cocok untuk Timur Tengah

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Peneliti Timur Tengah asal Prancis, Francois Brugat PhD, menilai, demokrasi cocok untuk perkembangan politik di dunia Arab. "Demokrasi merupakan pilihan dan konsep 'syuuraa' dalam Islam sangat sesuai dengan demokrasi," katanya di Surabaya, Jumat.

Ia mengemukakan hal itu saat berbicara dalam seminar "Situasi Aktual dan Aspirasi Demokrasi di Dunia Arab" di Rektorat IAIN Sunan Ampel Surabaya. Di hadapan 100 lebih mahasiswa IAIN Surabaya, ia menjelaskan aspirasi politik yang berkembang di Dunia Arab akhir-akhir ini menunjukkan demokrasi diterima. "Jadi, proses demokrasi dan aspirasi politik yang berkembang menunjukkan bahwa demokrasi dapat berjalan di Timur Tengah," katanya.

Peneliti CNRS (LIPI) Prancis itu menegaskan bahwa fakta yang ada justru membuka ruang untuk menghormati keyakinan orang lain. Bahkan, kata ilmuwan yang pernah bermukim di Timur Tengah selama 18 tahun itu, fakta yang ada menyatukan kelompok agama dan budaya pada nilai-nilai ideologi, politik, dan strategi yang sama.

"Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, organisasi pergerakan semacam al-Ikhwan al-Muslimun di Mesir atau HAMAS di Palestina bukanlah organisasi radikal, melainkan mereka dianggap 'radikal' karena menjadi lawan politik (oposisi) dari rezim yang ada," katanya.

Menurut pengajar di Aljazair, Kairo (Mesir), dan Sana'a (Yaman) itu, kondisi politik di Timur Tengah tidak dapat dilepaskan dari realitas sejarah, seperti kasus di Palestina. "Yang patut disayangkan adalah proses demokratisasi yang terjadi diwarnai oleh konflik berdarah, meski hal itu bukan kekerasan bernuansa agama dan hanya politis," katanya.

Selain konflik berdarah, kata Direktur Institut Prancis Timur Dekat di Damaskus (Syiria) sejak 2008 itu, hal menarik dalam pergolakan yang terjadi adalah penggunaan istilah-istilah global oleh kaum oposisi. Secara terpisah, Humas Pusat Kebudayaan Prancis (CCCL) Wisnu Agung W. mengatakan pihaknya berkomitmen mendatangkan para pakar dari Prancis untuk menyumbangkan pemikiran baru mereka dan bertukar pikiran dengan para tokoh, akademisi, dan publik Indonesia.

"Francois Burgat berada di Indonesia mulai 5 hingga 12 Juni 2011 untuk berbicara di depan publik yakni di Jakarta (6-7 Juni), Yogyakarta (9 Juni), dan Surabaya (10 Juni)," katanya. Di Surabaya, Francois Burgat juga menyempatkan diri mengunjungi Makam Sunan Ampel di Surabaya dan Masjid Cheng Hoo yang merupakan masjid milik komunitas Muslim China di Surabaya.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement