Senin 13 Jun 2011 13:29 WIB

Kucurkan Rp 32 Triliun untuk Vaksin Anak Miskin, Bill Gates: Bantu Saya Selamatkan Jutaan Nyawa

Bill Gates memberikan vaksin kepada seorang anak di Pusat Kesehatan Komunitas, Nigeria
Foto: Bill & Melinda Gates Foundation
Bill Gates memberikan vaksin kepada seorang anak di Pusat Kesehatan Komunitas, Nigeria

REPUBLIKA.CO.ID, Polio bisa jadi diberantas dalam dua tahun kedepan, begitu prediksi seorang filantropis, sekaligus mantan CEO Microsoft, Bil Gates. Prediksi itu ia lontarkan kemarin di depan para pemimpin dunia saat menghadiri pertemuan vaksin global di London. Ia berkomitmen memberi donasi ekstr untuk melindungi anak-anak termiskin di dunia.

Bila kesepakatan itu tercapai, salah satu penyakit paling menakutkan pada abad ke-20. Penyakit itu telah membuat lumpuh anak-anak Inggris dan dunia kemungkinan dibukukan dalam sejarah, setelah smalpox dibasi pada 1979.

Gates menjawab pertanyaan publik dalam sebuah wawancara telepon yang diselenggarakan oleh lembaga nirlaba, Save the Children setelah pertemuan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI). Pertemuan itu mengupayakan penggalangan dana hingga 2,3 milyar pounds (Rp32 triliun) untuk menyelamatkan empat milyar nyawa dalam lima tahun ke depan.

Dana ekstra itu dibutuhkan untuk mendanai dua vaksi yang akan melindungi dari serangan pneumonia dan diare dan berpotensi menyelematkan satu juta nyawa dalam satu tahun.

Bahkan sejumlah pihak yang skeptis apakah bantuan sebesar itu bisa dikumpulkan, meyakini bahwa salah satu cara terbaik dan paling hemat biasa melindungi anak ialah lewat vaksinasi. Diperkirakan bahwa hidup 20 juta anak telah diselamatkan selama dua dekade terakhir.

Gates yang juga akan berpidato dalam pertemuan hari ini, telah berniat merogoh 10 milyar dolar, (Rp85,5 triliun rupiah) dari kantong pribadinya untuk membantu proyek yang ia sebut 'vaksin selama berdekade'. Namun ia sendiri paham bahwa membujuk orang tua mengenai manfaat vaksin sangat sulit ketika dihadapkan penolakan budaya, ketakutan terhadap keamanan vaksin, ketika satu-satunya 'manfaat' adalah ketahanan terhadap penyakit.

Virus polio pertama kali diidentifikasi pada 1840. Epidemik utama mulai terjadi pada 1880-an di Eropa dan kemudian menyebar ke AS dan seluruh dunia membuat pakar medis terpacu untuk segera mengembangkan vaksin.

Kesuksesan tiba pada tahun 1950-an dan polio mulai berkurang. Tiga dekade kemudian, didorong semangat tinggi setelah mengatasi cacar dengan tuntas, WHO menyatakan upaya global untuk memberantas penyakit itu pada 1988.

Hingga 2000 penyakit itu masih ditemukan, meski hanya ratusan kasus di penjuru dunia. Hari ini polio masih menjadi endemic hanya di empat negara yakni India, Afghanistan, Pakistan dan Nigeria.

Namun, virus itu sejauh ini menolak semua upaya pembasmian. Bill Gates memaparkan kasus India yang telah melakukan upaya luar biasa untuk menjangkau keluarga termiskin demi memastikan mereka telah terlindung dari serangan polio. "Kini hanya ada satu kasus (polio-red) di India tahun ini dan ia terlihat sebagai negara yang paling sulit mengatasi penyakit ini," ujarnya.

Setelah polio, malaria diprediksi menjadi penyakit berikut yang menjadi bidikan komunitas vaksin global. Satu vaksin yang memberi perlindungan sebesar 60 persen kini tengah menjalani uji coba terakhir dan ada harapan 'realistis' bahwa vaksi itu bisa diproduksi massal dalam tiga tahun.

"Setelah itu kita harus menggalang dana lagi untuk memastikan setiap anak memperoleh vaksin tersebut," ujar Gates mengisyaratkan tantangan GAVI berikutnya.

GAVI adalah aliansi pembeli vaksin yang mewakili pemerintah, industri obat dan organisasi seperti Unicef. Badan itu diperkirakan telah membuat 288 juta anak di dunia divaksinasi dalam satu dekade terakhir setelah ia dibentuk.

Lembaga itu juga dinilai berhasil menekan lima juta kematian dengan mempercepat akses mendapatkan vaksin dan membujuk perusahaan obat untuk menurunkan harga bagi rakyat miskin.

Ini adalah negara dengan jumlah anak terbanyak tanpa vaksinasi.

India          9,107,580

Nigeria        3,526,980

Pakistan         810,450

Indonesia       751,320

Congo            673,900

Ethiopia          657,720

China             548,820

Uganda          540,720

Chad              391,160

Kenya             382,500

sumber : The Independent
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement