REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Ada yang berubah dari sosok mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair semenjak meninggalkan Downing Street 10 tahun 2007 silam. Ia kini lebih terbuka soal pentingnya kehadiran agama.
Perubahan pertama, Blair memutuskan masuk Katolik Roma meski dibesarkan dalam keluargan Anglikan. Yang menarik, Blair tidak sungkan untuk mengatakan dirinya membaca Al Qur'an setiap hari.
"Saya membaca Al Qur'an setap hari. Sebagian untuk mengetahui apa yang terjadi di dunia, sebagian lagi karena Alquran mengandung banyak pelajaran," kata dia dalam wawancara dengan majalah Obsever.
Blair mengatakan, pengetahuan tentang keimanan dan kepercayaan membuat dirinya mendapat modal guna menjalankan tugas barunya sebagai utusan Timur Tengah untuk PBB, AS, Uni Eropa dan Rusia. "Saya percaya pengetahuan terhadap keimanan penting dalam dunia global," ujar Blair yang dikabarkan pernah menghadiahkan Al Qur'an kepada adik iparnya, Lauren Booth.
Sebelumnya, Blair pada tahun 2006, memuji Al Qur'an yang dinilainya sebagai buku reformasi. Alquran menurut Blair, mengutamakan ilmu pengetahuan dan membenci tahayul.
Kitab ini juga bervisi ke depan, utamanya dalam hal pernikahan, perempuan dan pemerintahan. Blair pun menyayangkan ketika ada pihak yang menafsirkan Al Qur'an sebagai panggilan jihad kekerasan.
Mantan tim sukses Blair, John Burton mengatakan, dua tahun yang lalu Blair sangat percaya intervensi di Kosovo, Sierra Leone dan Irak merupakan bagian dari pertempuran Kristen. Namun, kini dia membantah bahwa peperangan itu bukanlah "perang salib".
"Orang-orang masih bertanya apakah keikutsertaan militer Inggris di Irak atau Afghanistan didasarkan pada beberapa jenis instruksi ilahi. Itu sampah," pungkas dia.