Selasa 14 Jun 2011 20:59 WIB

Afsel: NATO Salah Gunakan Resolusi PBB tentang Libya

REPUBLIKA.CO.ID,CAPE TOWN--Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyalahgunakan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melindungi warga Libya dari pasukan Muammar Qaddafi guna mengejar perubahan kekuasaan dan pembunuhan politik, kata Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma pada Selasa. "Kami menentang penyalahgunaan niat baik dalam Resolusi 1973," kata Zuma dalam pidato anggaran di parlemen.

"Kami sangat percaya bahwa resolusi disalahgunakan untuk perubahan kekuasaan, pembunuhan politik dan pendudukan tentara asing," katanya. Ketua Afrika Bersatu Teodoro Obiang Nguema mengutuk campur tangan tentara asing di Pantai Gading dan Libya, dengan mengatakan bahwa Afrika harus dibolehkan mengelola urusannya. "Afrika tidak memerlukan pengaruh dari luar. Afrika harus mengelola sendiri urusannya," kata Obiang Nguema, yang juga presiden Guinea Khatulistiwa, dalam muktamar antarbangsa di Jenewa pada awal April.

"Saya percaya bahwa masalah di Libya harus diselesaikan dalam kerangka dalam negeri dan bukan melalui campur tangan, yang dapat muncul untuk menyerupai campur tangan kemanusiaan. Kita telah melihat itu di Irak," kata Obiang Nguema. Rusia pada pekan lalu memperingatkan upaya Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Libya dapat berubah menjadi gerakan darat setelah helikopter tempur digunakan untuk pertama kali terhadap pasukan pendukung pemimpin Moamar Qaddafi.

"Ketika resolusi PBB diambil, kita berpikir bahwa itu adalah resolusi baik dalam cara mencegah dan menghentikan korban warga, termasuk penutupan wilayah udara Libya," kata Wakil Perdana Menteri Sergei Ivanov pada acara keamanan di Singapura. "Tapi, yang pertama, kami tidak setuju bahwa menutup wilayah udara berarti ... sekarang menggunakan helikopter tempur atas sasaran darat, yang dalam pandangan saya yang terkini, tapi satu langkah sebelum gerakan darat," katanya.

"Tentu saja kita tidak mengartikan itu ketika mendukung resolusi tersebut," katanya merujuk pada resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang ditafsir sangat luas oleh persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO. NATO mengerahkan helikopter tempur Inggris dan Prancis terhadap pasukan Qaddafi pada Sabtu sebagai bagian dari upaya melindungi warga sesuai dengan resolusi itu, yang melarang menggunakan pasukan darat.

Rusia pada ahir Mei menyebut pemboman atas Tripoli "awal genting" dari resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Libya, yang dapat meningkatkan kekerasan dan menyebabkan lebih banyak penderitaan. "Kami jelas melihat pelanggaran berat lain atas Resolusi 1970 dan 1973 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata pernyataan kementerian luar negeri Rusia.

Rusia menyatakan upaya Barat membenarkan serangan itu dengan menunjuk ancaman terhadap warga oleh penguasa Moamar Gaddafi menafikan bahaya bahwa pemerintah Tripoli bahkan menjadi lebih "ngotot" dalam sikapnya. "Serangan udara tidak menghentikan bentrok tentara di antara pihak Libya dan hanya menciptakan lebih banyak penderitaan di kalangan warga damai," kata kementerian luar negeri.

Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin pada akhir Maret mengutuk resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang memungkinkan tindakan tentara di Libya sebagai "seruan perang salib pada abad pertengahan" dan mengecam Washington untuk kesiapannya memamerkan kekuatan. Dalam satu dari pernyataan paling kerasnya terhadap Barat dalam beberapa tahun belakangan, orang secara nyata nomor satu di Rusia itu mengatakan tidak ada nalar atau nurani pada tindakan tentara tersebut.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement