Jumat 17 Jun 2011 14:51 WIB

Takashi: SBY The Thinking General

Presiden RI Susilo Bambang Yudhotono
Foto: Antara
Presiden RI Susilo Bambang Yudhotono

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Pimpinan National Graduate Institute for Policy Studies (Grips), Prof Takashi Shiraishi memuji Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai The Thinking General. Pujian ini dilontarkan Takashi dalam pengantarnya sebelum Presidential Lecture SBY di Grips, Jumat (17/6), di Tokyo.

Wartawan Republika, Nasihin Masha, melaporkan dari Tokyo, Takashi juga memaparkan riwayat hidup SBY dengan sangat lengkap, termasuk jenjang karier sebagai komandan perdamaian di Bosnia, pendidikan master di AS, meraih tiga gelar doctor honoris causa, serta kepemimpinannya yang antikorupsi, kebebasan beragama, dan demokratis.

SBY sendiri, dalam ceramahnya mengemukakan orang Indonesia sangat ramah pada mitra Jepang, mengagumi etika kerjanya, pandai berbisnis, dan memilki spirit inovatif. Karena itu ia berharap investasi Jepang bertambah lagi di berbagai sektor. “Khususnya di infrastruktur, manufaktur, dan energi,” katanya.

SBY mencatat bahwa Jepang merupakan negara dengan investasi terbesar di Indonesia. Sejak 1990 hingga 2009 bernilai 21,6 miliar dolar AS dengan 1.907 proyek. Volume perdagangan kedua Negara 42,7 miliar dolar AS. Walau statistik itu membanggakan, ia tetap menilai hubungan perdagangan dan investasi itu tak meningkat. Karena itu ia mengajak untuk meningkatkan hubungan tersebut. Apalagi perusahaan Jepang berada di depan dibanding negara lain. “Mereka tahu pasar Indonesia dengan baik, mereka tahu bagaimana bekerja dengan birokrasi kita, mereka memiliki mitra Indonesia yang baik, dan mereka tahu potensi kita,” ujarnya.

SBY juga mengajak kemitraan yang strategis antara Jepang dan Indonesia bisa menyumbangkan pembentukan arsitektur regional. Menurutnya, komunitas ASEAN, yang dicapai pada 2015, akan mentransformasi Asia Tenggara menjadi lebih kohesif, dinamis, dan wilayah berwawasan terbuka. ASEAN akan sangat berpengaruh dalam membentuk arsitektur regional di Asia Pasifik dengan menjaga sentralitas ASEAN.

Di wilayah yang sedang mengalami pergeseran kekuatan, katanya, Indonesia terus berupaya memajukan keseimbangan yang dinamis. “Tak lagi ada kekuatan yang lebih besar dalam hubungan antarnegara,” katanya. Hal itu ditandai dengan harmoni dan kerja sama dalam mencapai wilayah yang damai, stabil, dan makmur. Konflik diselesaikan dengan damai, diplomasi, dan dialog. Bukan dengan kekuatan.

“Saya percaya bahwa Indonesia, Jepang, dan ASEAN dapat melainkan peran konstruktif dalama tatanan wilayah yang lebih damai, bertahan lama, dan makmur,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement