REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Jumhur Hidayat minta masyarakat untuk tidak mengaitkan antara peristiwa hukuman pancung terhadap Tenaga Kerja Indonesia Ruyati binti Sapubi di Saudi dengan pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jenewa tentang masalah buruh.
"Kami meminta kepada masyarakat jangan mengaitkan peristiwa tersebut dengan pidato SBY di ILO," kata Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia M Jumhur Hidayat di Jakarta, Ahad (19/6).
Saat di Jenewa, Presiden mengatakan perlunya perlindungan hak buruh migran yang bekerja di sektor domestik atau rumah tangga. Jumhur mengatakan, dalam masalah ketenagakerjaan, perbaikan-perbaikan terus dilakukan termasuk di Arab Saudi yang telah menandatangani Joint Statement (semacam Letter of Intent) termasuk MoU yang akan ditandatangani pada tahun ini.
"Peristiwa hukuman bagi Ruyati adalah lebih pada peristiwa pidana dibanding peristiwa perselisihan perburuhan," katanya.
Jumhur juga menyatakan keprihatinan mendalam terhadap peristiwa tersebut. "Kami sangat prihatin dan menyesalkan pelaksanaan hukuman mati tersebut," katanya.
Jumhur menjelaskan eksekusi mati tersebut telah dilaksanakan di Provinsi Makkah pada Sabtu (18/6) siang waktu setempat. "Sebelumnya KJRI Jeddah telah berupaya keras agar TKW itu tidak dihukum mati dengan meminta lembaga pemaafan (lajnatul afwu) untuk membebaskan dari hukuman mati tersebut," katanya.
Namun keluarga korban meninggal yang dibunuh oleh Ruyati bersikeras tidak mau memaafkan. Dalam persidangan pun Ruyati mengakui melakukan pembunuhan itu. Jumhur menambahkan, hukuman di Saudi Arabia memang demikian adanya, bila seseorang membunuh maka pengadilan akan menjatuhkan hukuman mati jika keluarga korban tidak memberi maaf.
Sebelumnya, wanita bernama Raiaiti Beth Sabotti Sarona, menurut penyalinan huruf dari bahasa Arab, terbukti bersalah membunuh wanita Saudi Khairiya binti Hamid Mijlid dengan menyerangnya berulangkali pada kepala dengan pemotong daging dan menikamnya di leher, kata kementerian Dalam Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan yang diangkat oleh kantor berita resmi SPA.
Kantor berita itu tidak menguraikan motif kejahatan itu, ataupun mengungkapkan hubungan antara kedua wanita itu. Beberapa pejabat Indonesia mengatakan bahwa sekitar 70 persen dari 1,2 juta warga Indoesia yang bekerja di Arab Saudi adalah staf domestik (rumah tangga).
Pemancungan di Provinsi Mekah di Saudi barat itu membuat jumlah eksekusi di kerajaan yang sangat konservatif itu tahun ini menjadi 28 orang, menurut hitungan AFP berdasarkan pada laporan-laporan pejabat dan kelompok hak asasi manusia.