Senin 20 Jun 2011 06:24 WIB

PM Somalia Umumkan Pengunduran Diri

REPUBLIKA.CO.ID,MOGADISHU--Perdana Menteri Somalia Mohamed Abdullahi Mohamed hari Minggu mengumumkan pengunduran dirinya setelah kesepakatan dicapai untuk mengakhiri kemelut pemerintah transisi di negara itu."Dengan mempertimbangkan kepentingan masyarakat dan sesuai dengan perjanjian Kampala, maka saya memutuskan mengundurkan diri demi kepentingan nasional," kata Mohamed kepada wartawan di Mogadishu.

Ia berterima kasih kepada semua orang yang telah mendukungnya. Presiden Somalia Sharif Sheikh Ahmed dan ketua parlemen Sharif Hassan Sheikh Aden hari Kamis menandatangani perjanjian di Kampala, ibukota Uganda, mengenai perpanjangan masa jabatan mereka selama setahun lagi, sehingga pemilihan umum yang dijadwalkan berlangsung pada Agustus mundur.

Perjanjian itu, yang juga mengakhiri mandat PM, menetapkan bahwa pemilihan presiden dan ketua parlemen akan berlangsung sebelum 20 Agustus 2012. Pemerintah transisi Somalia, yang dibentuk di Kenya pada 2004 dan bisa berjalan berkat komunitas internasional, melemah akibat perselisihan antara para pemimpinnya, yang memburuk ketika mandat mereka hampir berakhir.

Sebelum kesepakatan Kampala dicapai, Presiden Sharif Ahmed memperpanjang masa jabatannya, demikian juga parlemen, yang ketuanya, Sharif Hassan, berambisi menjadi presiden. Pihak-pihak eksekutif dan legislatif tidak mengakui perpanjangan mandat masing-masing. Ofensif militer di ibu kota Somalia, Mogadishu, dan wilayah selatan negara itu sebelumnya tahun ini telah membuat mundur gerilyawan Al-Shabaab, namun ada kekhawatiran bahwa mereka akan menyatukan diri lagi karena kurangnya kepemimpinan politik di Somalia.

Pasukan Uganda merupakan tulang-punggung dari pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika AMISOM berkekuatan 9.000 orang yang merupakan satu-satunya kekuatan yang mencegah kelompok gerilya Al-Shabaab menggulingkan pemerintah Somalia dukungan Barat yang mandatnya berakhir pada Agustus. Juru bicara AMISOM Mayor Paddy Ankunda mengatakan, 3.000 prajurit tambahan akan segera ditempatkan di Somalia.

Mereka akan menghadapi militan yang bertekad membalas kematian pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, pada suatu masa ketika para pemimpin Somalia terpecah perhatiannya karena perselisihan politik. Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu. Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas. Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang. Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.

Serangan-serangan bom pada 11 Juli itu dilakukan di sebuah restoran dan sebuah tempat minum yang ramai di Kampala ketika orang sedang menyaksikan siaran final Piala Dunia di Afrika Selatan. Pemimpin Al-Shabaab telah memperingatkan dalam pesan terekam pada Juli bahwa Uganda akan menghadapi pembalasan karena peranannya dalam membantu pemerintah sementara Somalia yang didukung Barat.

Uganda adalah negara pertama yang menempatkan pasukan di Somalia pada awal 2007 untuk misi Uni Afrika yang bertujuan melindungi pemerintah sementara dari Al-Shabaab dan sekutu mereka yang berhaluan keras di negara Tanduk Afrika tersebut. Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu. Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai. Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.

sumber : antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement