REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Presiden Rusia Dmitry Medvedev telah mengesampingkan dukungan bagi resolusi PBB yang mengutuk tindakan Suriah terhadap pemrotes prodemokrasi, demikian laporan Financial Times, Senin.
Di dalam wawancara dengan surat kabar itu, Presiden Rusia Medvedev mengecam cara negara Barat telah menafsirkan Resolusi 1973 Dewan Keamanan PBB mengenai Libya, yang dikatakannya telah mengubahnya jadi secarik kertas untuk menutupi operasi militer tanpa dasar. "Saya tak ingin resolusi Suriah disimpulkan dengan cara serupa," tambahnya.
Rusia abstain dalam pemungutan suara Maret, yang melicinkan jalan bagi aksi militer di Libya "guna melindungi warga sipil". Moskow belakangan menuduh sekutu melangkahi mandatnya.
Rusia dan anggota lain Dewan Keamanan, China, tak suka dengan gagasan penilaian apa pun PBB mengenai Suriah dan tak banyak memainkan peran dalam perundingan tentang rancangan resolusi.
"Kami akan diberi tahu resolusi itu berbunyi "mencela kekerasan", jadi sebagian penandatangannya akhirnya mungkin akan mencela kekerasan dengan mengirim sejumlah pesawat pembom," kata Madevedev sebagaimana dikutip Financial Times dan dikutip Reuters, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Senin.
Bagian utama dari wawancara Medvedev dengan surat kabar tersebut dipusatkan pada masalah politik dalam negeri Rusia. Ia dengan tegas mengisyaratkan ia dan Perdana Menteri Vladimir Putin tak ingin saling bersaing dalam pemilihan presiden 2012.
Sebelumnya para pegiat oposisi Suriah telah membentuk "Dewan Nasional" guna mempercepat perjuangan untuk menjatuhkan pemerintah Presiden Bashar al-Assad, kata kelompok itu, yang meliputi juru bicara mereka Jamil Saib.
Para aktivis itu mendesak kekuatan oposisi untuk bekerja sama di semua kota dan provinsi di Suriah "guna mencapai tujuan sah menggulingkan rezim dan membawanya ke pengadilan".