REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV - Kelompok militan Hizbullah Lebanon sedang mempersiapkan untuk kemungkinan perang dengan Israel untuk mengurangi tekanan Barat menggulingkan Presiden Suriah, Bashar Assad. Demikian sumber yang dekat dengan gerakan ini mengatakan pada harian Israel, Haaretz.
Kelompok militer Syiah yang oleh Barat disebut-sebut dipersenjatai oleh Iran dan Suriah, berjuang mempertahankan kekuasaan Assad. Hizbullah mendukung gerakan pro-demokrasi yang menggulingkan pemimpin yang didukung Barat di Tunisia dan Mesir, namun tidak untuk presiden Suriah. Kelompok ini disebut ada di belakang Assad menghadapi tekanan Barat dan demonstran.
"Hizbullah tidak akan pernah campur tangan dalam persoalan Suriah karena ini merupakan masalah internal untuk Presiden Bashar. Tapi ketika melihat Barat bersiap-siap untuk menurunkannya, mereka tidak akan hanya menonton," kata pejabat Lebanon kepada Reuters.
Kelompok militan, yang didirikan hampir 30 tahun lalu untuk menghadapi pendudukan Israel atas Lebanon selatan ini sebelumnya pernah terlibat dalam perang 34 hari dengan Israel pada 2006.
Baik Hizbullah membantah bahwa kelompok ini telah mengirim pejuang untuk mendukung tindakan keras militer pada demonstran.
Hizbullah percaya Barat bekerja untuk membentuk kembali Timur Tengah dengan mengganti Assad dengan pengganti yang lebih 'ramah' pada Israel dan memusuhi Hizbullah.
Sumber Libanon menyatakan Amerika Serikat, yang kehilangan sekutu ketika Presiden Mesir Hosni Mubarak digulingkan pada bulan Februari, "ingin pergeseran krisis" dengan mendukung protes terhadap musuhnya. "Bagi kami ini akan dihadapkan dengan cara terbaik," katanya, berbicara dengan syarat anonim.
Analis mengesampingkan kemungkinan perang penuh skala regional yang melibatkan Suriah, Iran, dan Lebanon di satu sisi melawan Israel yang didukung oleh AS. Yang paling mungkin, katanya, adalah perang Hizbullah melawan Israel.