REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Pejabat Amerika Serikat yang mendapatkan informasi terbaru dari intelijen mengungkapkan bahwa Muammar Qaddafi "secara serius mempertimbang" untuk meninggalkan Tripoli untuk mencari tempat yang lebih aman di luar ibukota Libya itu, yang kian mengindikasi bahwa kekuasaannya semakin berkurang.
Intelijen negeri Paman Sam tersebut menggambarkan kalau Qaddafi "sudah merasa tidak aman lagi" berada di Tripoli. Hal itu dikarenakan derasnya serangan udara NATO.
Tidak hanya itu, dari darat para revolusioner juga terus melancarkan serangan, ujar pejabat senior AS dalam pertemuan terkait laporan dari Libya. Dan juga disebutkan komunitas intelijen telah membagi informasi tersebut dengan Gedung Putih dan badan lainnya.
Waktu yang tepat kapan Qaddafi angkat kaki dari Tripoli belum diketahui dengan pasti. Para Intelijen AS telah mengindikasikan kondisi tersebut sebelumnya, meskipun dengan intensitas yang kurang. Intelijen AS tidak melihat indikasi bahwa Qaddafi berniat untuk meninggalkan negara itu, kata para pejabat itu.
Namun, pemerintah AS percaya dengan tekanan militer di Tripoli dalam beberapa hari terakhir telah mendorong Qaddafi untuk mencari tempat yang lebih aman, setelah lebih dari tiga bulan mendapatakan serangan udara dari sekutu.
Qaddafi telah meninggalkan beberapa fasilitas lain di luar Tripoli di mana ia bisa bergerak, kata seorang pejabat pertahanan senior di AS.