Senin 27 Jun 2011 20:53 WIB

Relawan Armada Gaza Diberi Pembekalan, Salah Satunya Kiat Menghadapi Tentara Israel

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA - "Saya ada di sebuah tempat di Yunani," demikian Amira Hass menulis. "Di sebuah 'ruang kuliah' di mana orang-orang akan berlayar menaiki Tahrir, kapal Kanada yang turut ambil bagian dalam armada Gaza, sedang diberi penjelasan."

Para penumpang Tahrir, kata Amira yang menulis memonya dan diterbitkan Harian Israel Haaretz, diminta untuk memutuskan, "Di mana Anda lebih suka ketika komando Israel menyita kapal?" Berdasarkan pengalaman sebelumnya, dengan pengecualian Marmara Mavi, para mentor menyajikan pilihan. "Di dek Anda akan terkena beberapa menit kekerasan fisik dari tentara yang akan terasa seperti berjam-jam," katanya.

"Dari pengalaman sebelumnya, para prajurit, dalam perjalanan ke kabin kapten, akan menginjak kepala orang-orang yang tidak akan bergerak. Mereka akan melihat Anda sebagai agresor. Para komandan ini tahu benar bahwa kita tidak bersenjata. Tapi prajurit sederhana telah dicuci otak, dan dia akan takut dan menyangka kita akan melukai mereka." Saya lihat orang-orang lain di ruangan itu dan bertanya, "Mengapa kita perlu ini?"

Amira menyebut, orang tertua yang berencana untuk berlayar di kapal Kanada itu adalah seorang wanita 77 tahun asal Amerika Serikat. Ada juga wanita lain dan seorang pria berusia lebih dari 70 tahun. Ada sembilan penumpang lain berusia enam puluhan, dan banyak lainnya antara 40 hingga 60 tahun.

Apa alasan para 'manula' ini untuk ikut berlayar? "Aku terkejut, seperti juga banyak teman dan kolegaku, oleh kondisi di Gaza dan oleh keheningan masyarakat internasional mengenai blokade yang sedang berlangsung di Gaza," kata Lyn Adamson. Adamson, 59 tahun dari Toronto, yang aktif dalam sejumlah kelompok advokasi keadilan sosial.

"Dengan tidak adanya tindakan yang efektif oleh komunitas internasional untuk menekan Israel dan Mesir untuk mengubah kebijakan mereka ... kita, di akar rumput, harus mengambil tindakan," katanya. Selama pelatihan, para mentor terus mendaftar pilihan posisi, mencatat bahwa di dek lebih 'aman' dari sisi serangan gas air mata, karena gas air mata menghilang dengan cepat.

sumber : Haaretz
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement