Jumat 01 Jul 2011 12:06 WIB

Majikan Arab Saudi Menjerit...Sehari Setelah Pengumuman Pemerintah, Tarif PRT Lokal Langsung Melejit

PRT Asia Tenggara di penampungan di Jeddah
Foto: Arab News
PRT Asia Tenggara di penampungan di Jeddah

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH: Pembantu rumah tangga ilegal di Jeddah telah mulai meminta kenaikan gaji besar menyusul keputusan untuk menunda perekrutan pembantu rumah tangga dari Indonesia dan Filipina.

Banyak keluarga yang melaporkan bahwa pembantu mereka telah mengancam akan keluar jika tuntutan mereka tidak dipenuhi. Asal tahu saja, selama Ramadhan, permintaan PRT di negeri ini sangat tinggi.

"Aku baru saja mulai mencari pembantu baru dari yang sudah ada di sini. Aku terkejut ketika pembantu baru itu meminta gaji, 2.000 riyal sebulan. Aku ingat belum lama ini ketika mereka aku pekerjakan, hanya meminta gaji 700 riyal saja," kata ibu rumah tangga asal Jeddah, Um Ahmed.

Menurutnya, sejak pengumuman pemerintah soal penghentian pemberian visa bagi PRT asal Indonesia dan Filipina, mencari PRT menjadi sulit. PRT yang ada, katanya, umumnya meminta gaji tinggi, tak terkecuali para pekerja ilegal asal Indonesia dan Filipina.

"Pembantu saya mengancam akan berhenti dari pekerjaannya dan meninggalkan saya jika saya tidak menaikkan gajinya menjadi 1.800 riyal. Dia tahu saya hanya memberinya kenaikan gaji per tiga bulan. Sebelumnya gaji dia 800 riyal, dan naik jadi 1.300 riyal bulan lalu," kata Hanan Al-Shareef, seorang guru SMA. "Dia juga mengatakan kepada saya bahwa akan mudah baginya untuk mencari pekerjaan lain karena banyak keluarga mencari untuk menyewa pembantu untuk Ramadhan."

Menurut hukum perburuhan Saudi, adalah ilegal bagi pembantu untuk mencari pekerjaan di tempat lain tanpa persetujuan majikan mereka dalam bentuk sertifikat tidak berkeberatan. Namun, tingginya biaya perekrutan, yang dapat melibatkan biaya perantara ribuan riyal, mendorong keluarga untuk mempekerjakan pembantu di pasar tenaga kerja gelap.

Banyak rumah tangga menyesalkan keputusan untuk menghentikan pengiriman pembantu dari Indonesia dan Filipina, sementara rekrutmen dari negara-negara seperti Ethiopia atau Kenya  belum dilakukan.

Juru Bicara Departemen Tenaga Kerja Hattab Al-Anzi mengisyaratkan bahwa Kerajaan akan mulai mengizinkan rekrutmen untuk pekerja rumah tangga, termasuk pembantu rumah tangga, dari berbagai negara. Beberapa kantor perekrutan telah mulai mengalihkan fokus mereka kepada negara-negara Afrika. "Namun, saya pribadi ragu apakah satu atau dua negara akan dapat menutupi celah di pasar tenaga kerja rumah tangga dikuasai oleh Indonesia selama beberapa tahun ini," tambahnya.

Kebanyakan pekerja rumah tangga yang direkrut dari Indonesia, Filipina, dan Sri Lanka. Mesir tidak mengizinkan perempuan bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi. Pembantu Pakistan dan India di Arab Saudi jarang ada.

sumber : Arab News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement