REPUBLIKA.CO.ID, HANOI - Sekitar 100 pemrotes anti-China berunjuk rasa di Vietnam, Ahad (3/7) kendatipun pihak keamanan mengawasi dengan ketat dan kedua negara itu berikrar untuk mendapatkan dukungan opini publik menyangkut ketegangan d Laut China Selatan. Protes-protes -- yang tidak biasa dilakukan di Vientam yang otoriter-- berlangsung di ibu kota Hanoi untuk lima akhir pekan dalam sengketa menyangkut wilayah maritim yang dipertikaikan itu.
Para agen keamanan yang berpakaian sipil dan berseragam dikerahkan ke lokasi sekitar kedutaan besar China dan menutup jalan sekitarnya, tetapi sekitar 40 pemrotes menerobos pegepungan itu untuk berkumpul dekat kedubes itu sebelum bergerak menuju tengah kota Hanoi, diikuti polisi anti huru hara dan personil keamanan lainnya.
Semakin banyak orang yang bergabung di sepanjang jalan yang dilalui, dengan meneriakkan bahwa dua kepulauan di Laut China Selatan, Spratly dan Paracel adalah milik Vietnam. Kedua negara telah lama terlibat dalam sengketa kedaulatan atas kelompok-kelompok pulau yang kaya minyak itu, yang juga merupakan jalur pelayaran penting komersil dan perdagangan internasional.
Ketegangan meningkat dan protes-protes dimulai setelah Hanoi akhir Mei menuduh kapal-kapal pengintai marinir China memotong kabel-kabel eksplorasi sebuah kapal survai minyak yang berada di dalam zona ekonomi ekslusifnya.
Dalam insiden kedua, Hanoi menuduh sebuah kapal penangkap ikan China menabrak kabe-kabel sebuah kapal lainnya di zona ekonomi ekslusif 200 mil lautnya. Vetnam kemudian melakukan latihan angkatan laut dengan menggunakan peluru tajam di lepas pantainya. "China harus menghormati zona ekonomi ekslusif Vietnam," kata satu spanduk yang dibawa para pengunjuk rasa.
"Anti-China," kata spanduk berbahsa Inggris. Para pengamat mengatakan pihak berwenang Vietnam mengizinkan unjuk-unjuk rasa anti-China, yang diikuti sekitar 300 orang karena mereka membantu tujuan pemerintah yang menyatakan ketidak senangan dengan Beijing menyangkut sengketa itu.
Dua protes dilakukan di Ho Chi Minh City tetapi tidak ada sejak 11 Juni. Seorang yang terlibat aksi itu mengemukakan kepada AFP bahwa pasukan keamanan "mengintimidasi" penduduk di sana. Di Hanoi, beberapa aktivis merasa unjuk-unjuk rasa mereka "sia-sia" setelah China dan Vietnam berunding pada 25 Juni di Beijing, kata sumber yang tidak bersedia namanya disebutkan.
Media pemerintah dari kedua negara mengatakan kedua pihak dalam perundingan-perundingan itu sepakat untuk menyelesaikan sengketa wilayah maritim mereka dengan damai " melalui perundingan dan konsultasi yang bersahabat". Kantor berita resmi Vietnam memberitakan "mereka juga menekankan tentang perlunya menggalang opisisi publik dalam "arahan yang benar."
Usaha perdamaian yang agaknya akan dilakukan dua negara bertetangga itu muncul ketika Amerika Serikat dan Filipina siap melakukan latihan angkatan laut gabungan untuk menghadapi aksi-aksi China setelah AS menyerukan Beijing membantu mereda ketegangan itu.