REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM – Polisi negara Yahudi ternyata menanggapi serius sikap sesama Yahudi yang menghasut kebencian rasisme terhadap non-Yahudi. Meski bila dibanding menangani Palestina, perlakuan terhadap sesama Yahudi jauh lebih lunak
Polisi Israel menahan singkat seorang rabi terkemuka, Ahad (3/7). Penahanan itu bagian dari investigasi meluas tentang hasutan yang membolehkan pembunuhan terhadap Arab.
"Ini adalah penculikan," kata Yonatan gusar seperti dikutip Yediot Aharonot. Yonatan adalah putra dari Rabi Yaacov Yosef--yang ditahan tadi. Rabi Yosef ditahan ketika kembali pulang seusai beribadah di sinagog.
"Sangat merendahkan sekali, seorang rabi ditahan gara-gara pendapat keagamaannya di dalam negara Yahudi, sementara anggota Kiri yang kerap menghasut kekerasan tak pernah sekalipun diselidiki," tuding Yonatan.
Pemeriksaan itu masih terkait penyelidikan terhadap doktrin "The King", judul buku yang ditulis oleh seorang rabi pemukim yang menawarkan pembenaran dari kitab suci dari tindakan membunuh non-Yahudi tak bersalah selama perang agama.
Salah kalimat dalam buku itu berbunyi, "Pembalasan dendam, termasuk serangan terhadap orang tak bersalah dan juga para bayi, diperlukan dan penting dalam memerangi dan mengalahkan setan."
Sejumlah besar pengikut Yahudi ultra-ortodok berkumpul di luar rumah rabi untuk memprotes penahanannya.
Seorang juru bicara dari kepolisian mengatakan Yosef telah diinterogasi dalam kaitan penghasutan kebencian rasisme dan kekerasan. Si rabi itu kini telah dibebaskan.
Penahanan Yosef adalah yang kedua. Sebelumnya seorang rabi terkemuka lain di Tepi Barat ditahan pekan lalu. Penahanan itu juga mengakibatkan aksi protes di jalanan.
Rasisme
Doktrin The King dilaporkan telah mengaduk kemarahan di dalam Israel. "Seharusnya sudah sangat jelas, kita adalah negara hukum dan tak ada seorang pun yang berada di atas hukum," ujar Deputi Perdana Menteri, Dan Meridor.
Sementara doktrin The King, ujarnya, adalah buku yang buruk, begitu gambang sangat rasis, dalam cara tertentu dan di bawah situasi tertentu membolehkan pembunuhan terhadap seseorang karena ia bukan Yahudi. "Ini kotor, menghina dan menuntut tanggapan keras."
Ayah Yosef, rabi Ovadia Yosev, adalah mentor dari Shas, partai agama kuat yang menjadi partner junior dalam pemerintahan koalisi konservatif pimpinan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu.
Ovadia Yosef juga dikenal mengaduk kemarahan serupa dengan terus menekankan bahwa non-Yahudi dilahirkan untuk melayani Yahudi. "Mengapa orang kafir dibutuhkan. Merekalah yang akan bekerja, merekalah yang akan membajak ladang, mereka akan memanen," ujar Ovadia dalam kotbahnya.
"Tanpa itu, mereka tak memiliki tempat di dunia. Mereka hanya untuk melayani orang-orang Israel." Ovadia Yosef juga mengatakan bahwa non-Yahudi adalah penjaga dan pelindung untuk mencegah Yahudi mengalami kehilangan dan kerugian.
"Orang kafir, akan sama dengan ornag lain, mereka pun akan mati, tapi (Tuhan) akan membuat mereka panjang umur. Mengapa?"
"Bayangkan bila keledai sesorang mati, mereka akan kehilangan uang. Tapi ketika budaknya, maka ia memiliki umur panjang untuk menghasilkan kerja baik bagi Yahudi."
Selama perang Israel di Gaza, rabi militer, Yitzhak Shapira dilaporkan menginstruksikan para tentara untuk menggunakan warga sipil Palestina sebagai perisai manusia selama operasi militer.