REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD – Perdana Menteri Pakistan Syed Yusuf Raza Gilani, mengatakan pemerintahnya tidak pernah mengizinkan Amerika Serikat menggunakan pangkalan udara Pakistan untuk serangan pesawat mata-mata di daerah-daerah tribal.
"Pemerintah saya tidak mengizinkan Amerika menggunakan pangkalan-pangkalan udara Pakistan untuk serangan pesawat mata-mata, tapi hanya untuk tujuan pengintaian," kata Gilani kepada wartawan di pusat kota Multan, Ahad (3/7).
Namun kenyataannya, pesawat-pesawat tak berawak AS itu secara teratur menembakkan rudal-rudal ke daerah kesukuan Pakistan. Walau ditentang para pemimpin Pakistan, namun CIA tetap ngotot dan berdalih bahwa serangan-serangan itu dilakukan untuk menghilangkan Al-Qaidah dan Taliban.
Pernyataan terbaru Gilani itu muncul di tengah kontroversi tentang penggunaan pangkalan udara Shamsi di provinsi barat daya, Baluchistan, pada saat media lokal melaporkan bahwa AS telah menggunakan pangkalan udara itu untuk serangan-serangan pesawat tak berawak.
Menteri Pertahanan Pakistan, Ahmed Mukhtar Chaudhry, mengatakan Islamabad telah meminta AS untuk mengosongkan pangkalan udara Shamsi. Sementara seorang pejabat AS yang tak disebut namanya, menolak seruan Pakistan agar AS meninggalkan pangkalan udara tersebut.
Di lain pihak, Kepala Staf Angkatan Udara Pakistan mengatakan kepada sidang gabungan parlemen Mei lalu, bahwa pangkalan udara Shamsi telah disewakan ke Uni Emirat Arab (UEA) dan media Pakistan melaporkan bahwa UAE telah mengizinkan AS menggunakannya untuk serangan-serangan pesawat mata-mata.
Menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan operasi militer melawan gerilyawan di Waziristan Utara, Gilani mengatakan, Pakistan tidak akan melaksanakan operasi di daerah suku Waziristan Utara seperti yang didikte orang lain. "Jika demi kepentingan negara, kita akan melanjutkan dengan rencana. tetapi jika tidak dalam kepentingan, kita tidak akan meluncurkan operasi apa pun seperti yang dituntut pihak lain," tegasnya.