Rabu 06 Jul 2011 12:10 WIB

Qaddafi Mau Mundur, Asal Anaknya Bisa Mencalonkan Diri di Pemilu Presiden?

Kolonel Muammar Qaddafi, sang pemimpin Libya.
Foto: freekasusyc1.blogspot.com
Kolonel Muammar Qaddafi, sang pemimpin Libya.

REPUBLIKA.CO.ID, Pemimpin tertinggi Libya, Moammar Qaddafi menawarkan penyerahan kekuasaan yang telah ia pegang berdekade untuk pertama kalinya. Tapi bukan tanpa syarat. Ia bersedia hanya bila putranya diizinkan menjadi penggantinya, demikian pejabat Rusia, mengklaim, Selasa (5/7).

Pihak Barat dengan serius mempertimbangkan proposal tersebut yan sudah termasuk jaminan amensti dari tuntutan terhadap pemimpin Libya itu, demikian pejabat Rusia seperti yang dilansir media.

"Kolonel telah mengirim sinyal bahwa ia siap melepaskan kekuatan dan meminta jaminan keamanan sebagai ganti dan garansi itu harus dipastikan di atas meja," ujar pejabat Rusia tersebut seperti dilansir suratkabar Kommersant.

Tawaran yang telah diakui banyak pihak itu muncul di tengah spekulasi bahwa Qaddafi tengah mengupayakan jalan keluar yang sekaligus menyelamatkan mukanya. Pasalnya kini timbul kecemaasan terkait kemiskinan dan kekurangan pasokan kebutuhan hidup di ibu kota Libya, Tripoli, situasi yang membuat posisinya tak bisa dipertahankan.

Pejabat Rusia itu mengklaim Prancis mendukung gagasan dan telah menyetujui untuk menangani pembatalan dakwaan dari Pengadilan Kriminal Internasional terhadap Qaddafi sekaligus pencarian kembali aset internasional keluarga yang sempat dibekukan.

Namun tawaran itu dibantah mentah-mentah oleh Tripoli. Pejabat tinggi rezim menyeru bahwa laporan itu sepenuhnya tidak benar dan bersikeras bahwa masa depan Qaddafi tidak bisa dinegosiasikan. Namun pemerintah Libya mengatakan melakuan pembicaraan dengan pemberontak, sebuah klaim yang dibantah pula oleh oposisi di Benghazi dan pejabat Eropa.

Di tengah laporan kontradiksi berbagai negosiasi antara rezim Libya dan penasihatnya, para diplomat barat memperingatkan bahwa Qaddafi melakukan tipu muslihat untuk menabur perselisihan di petinggi pemberontak dan menampilkan dirinya sebagai pembawa damai altruistik.

Bahkan meski proposal Qaddafi itu benar, diprediksi sulit diterima oleh pihak oposisi di Benghazi. Qaddafi dilaporkan menuntut kepergiannya dari tampuk pimpinan diikuti oleh pemilu dengan putranya yang paling menonjol, Saif al-Islam Qaddafi, dibolehkan menjadi salah satu kandidat.

Dalam perkembangan terakhir, oposisi Libya cenderung menganggap rezim sama sekali tak punya niat baik. Pasalnya, para pejuang setia Qaddafi terus menerus meluncurkan serangan artileri ke arah pemberontak di kota Misrata, menghasilkan pertempuran paling sengit dalam konflik yang telah berdurasi empat bulan. Lima pemberontak dikabarkan terbunuh dan 35 lain terluka.

sumber : Guardian
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement