REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD – Komponen Irak yang berafiliasi dengan Alqaidah mengaku bertanggung jawab atas dua serangan terpisah di Irak yang menewaskan sedikitnya 30 orang pada Juni lalu.
"Negara Islam Irak (ISI) mengatakan pihaknya berada di balik dua serangan bom pada 21 Juni yang menewaskan sedikitnya 25 orang di sebuah pos pemeriksaan di luar rumah Gubernur Diwaniya," kata SITE, sebuah badan yang mengawasi komunikasi kelompok pemberontak tersebut, Selasa (6/7).
Menurut SITE, ISI yang menjadi payung bagi semua kelompok yang berafiliasi dengan Alqaidah itu juga mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri pada 13 Juni di sebuah kantor polisi di Bashra. Selain itu, lima orang tewas dan 15 lainnya terluka dalam serangan Alqaidah di kota minyak selatan Irak ini.
Secara strategi Alqaidah kini ditengarai kian melemah oleh kematian para pemimpinnya, juga dengan kian menyusutnya ruang gerak dan manuver mereka sejak 2006-2007.
Namun kelompok ini masih melakukan serangan-serangan yang ditujukan untuk meraih perhatian publik dan mengguncang masyarakat di saat para pemimpin Irak tengah memperdebatkan penarikan pasukan AS pada Desember mendatang.
Secara keseluruhan, kekerasan di Irak menurun tajam sejak puncak perang sektarian di 2006-2007. Namun pemboman dan pembunuhan hampir terjadi setiap hari, lebih banyak dari sebelumnya, setelah delapan tahun invasi pimpinan AS.
Duta Besar AS untuk Irak, James Jeffrey, mengatakan jaringan Alqaidah di Irak utara adalah sel terbesar di dunia yang tersisa dari kelompok ini.