Jumat 08 Jul 2011 08:22 WIB

NATO Kurang Membantu, Pemberontak Libya Kelimpungan

Red: cr01
Seorang pejuang pemberontak tengah mempersiapkan senjatanya sebelum menyerang pasukan Qaddafi di Dafniya, dekat Misrata, Libya.
Foto: AP
Seorang pejuang pemberontak tengah mempersiapkan senjatanya sebelum menyerang pasukan Qaddafi di Dafniya, dekat Misrata, Libya.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI – Pemimpin pemberontak di Misrata mengatakan pergerakan ke ibukota Tripoli terhambat oleh kelangkaan amunisi dan dukungan NATO yang tidak memadai.

Para pejabat di kota yang dikuasai pemberontak mengatakan 17 anggotanya tewas dan lebih 60 orang terluka. Pasukan pemberontak dan tentara pendukung Kolonel Muammar Qaddafi terjebak di bagian barat Misrata selama lebih enam minggu.

Juru bicara pemberontak mengatakan dukungan udara NATO tidak mencukupi sehingga sejumlah orang tewas. "Ketika pesawat di angkasa... berarti pasukan Qaddafi tidak dapat menggunakan peluncur roket darat, mereka takut (terhadap) pesawat. " kata Fatti Bashada, di dekat Misrata, Rabu (6/7).

Bashada mengatakan meskipun sudah berkali-kali diminta untuk melakukan patroli udara, pesawat NATO dalam beberapa hari terakhir menghilang sementara perang sedang berlangsung. "Jika tidak ada pesawat artinya mereka bebas menggunakan senjata apa pun terhadap kami," katanya sambil menambahkan roket tentara Qaddafi semakin banyak menewaskan pemberontak.

Libya dikenai embargo senjata internasional dan ini membuat pasokan baru dari daerah kekuasaan pemberontak Benghazi di Libya timur tersendat. Pemberontak mengatakan selama perubahan belum terjadi, pergerakan mereka ke arah Tripoli akan berjalan lamban dan menyakitkan.

Resolusi Dewan Keamanan PBB 1970 menerapkan embargo senjata terhadap Libya tetapi pejabat AS dan Inggris mengatakan resolusi berikutnya, 1973, memungkinkan pemberian senjata kepada pemberontak yang bertempur untuk menjatuhkan pemimpin Libya.

Pemberontak dilaporkan memasuki desa Gualish, di padang pasir sekitar 100 kilometer barat daya ibukota, Rabu (6/7), setelah pecah pertempuran selama beberapa jam. Tempat ini merupakan wilayah penting menuju kota yang lebih besar, Garyan, yang mengontrol jalan utama ke ibukota.

sumber : BBC
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement