REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR – Anwar Ibrahim menilai demonstrasi Sabtu (9/7) merupakan bentuk kemarahan rakyat Malaysia yang luar biasa kepada pemerintah.
“Ini negara (Malaysia) tidak mengerti hak rakyat dan tidak demokratis,” katanya. Ia berujar kecurangan dalam pemilihan umum (Pemilu) dan korupsi yang meraja lela merupakan bukti.
Diutarakannya dalam Pemilu misalnya terdapat pemilih yang dapat memilih berkali-kali. Selain itu, pemerintah negara juga tidak mengizinkan adanya pemantau independen, baik dari dalam maupun luar negeri untuk mengawasi jalannya Pemilu.
Anwar mengaku demonstrasi terpaksa dilakukan. Menurutnya, upaya lain yang kerap dilakukan seperti berbicara ke parlemen, tak kunjung mendapat apresiasi. “Kita tunjukan bukti, tapi tak pernah digubris,” jelasnya saat diwawancarai TVOne, Ahad (10/7).
Ia menilai partai dan pemerintah yang berkuasa melakukan segala macam cara untuk membodohi rakyat Malaysia. Bahkan media dimanfaatkan sebagai corong pemerintah sedangkan polisi jadi tameng untuk melanggengkan kekuasaan.
Meski belum akan melakukan demonstrasi lagi dalam waktu dekat, Anwar mengaku gerakan yang dipimpinnya itu bakal terus memperjuangkan aspirasi mereka. “Kita ingin proses demokrasi yang transparan,” tegasnya.