REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA – Para pejabat Bangladesh mengatakan setidaknya belasan orang luka-luka dalam bentrokan antara para aktivis Muslim radikal dan pasukan keamanan. "Sedikitnya 10 polisi luka-luka, sebagian luka berat, dalam tindak kekerasan pada saat mogok nasional," kata seorang pejabat, Ahad (10/7).
Sejumlah partai Islam mengimbau pemogokan 30 jam mulai hari Ahad (10/7) pagi sebagai protes terhadap perubahan konstitusi belum lama ini. Ribuan aktivis melakukan unjuk rasa di ibukota Dhaka, dan bagian-bagian negara itu. Mereka menentang keputusan pemerintah yang menghapus frasa "keyakinan dan kepercayaan mutlak pada Allah" dari konstitusi.
Sejumlah kelompok Muslim garis keras juga memprotes rencana untuk memberikan hak warisan yang sama kepada wanita, yang mereka katakan bertentangan dengan Al-Qur'an.
Gambar-gambar televisi menunjukkan ribuan pengunjuk rasa, sebagian besar di antara mereka yang membawa kayu dan batu, bentrok dengan polisi di luar Dhaka. Pasukan keamanan menembakkan peluru karet dan menyemprotkan gas air mata serta menggunakan pentungan untuk membubarkan demonstran yang menghadang dan merusak kendaraan. Lebih 50 orang, termasuk 10 personel kepolisian, luka-luka.
Sekolah-sekolah, pusat bisnis, dan sebagian besar kantor tutup dan angkutan umum terganggu di banyak bagian negara ketika partai-partai Islam melaksanakan pemogokan itu.
Dalam perubahan konstitusi belum lama ini, Perdana Menteri Sheikh Hasina mencoba menyenangkan kalangan radikal dan sekuler. Perubahan itu mempertahankan Islam sebagai agama negara namun menghapus kata-kata "keyakinan dan kepercayaan mutlak pada Allah" dan memulihkan sekularisme sebagai prinsip negara.